Bagian 37 ⭒࿈⭒ Rumah Sakit

16 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"IBU!"

"Bagaimana keadaan Ayah?"

Pandangan semua orang yang berada di sekitar lorong rumah sakit tersebut langsung mengarah ke seorang gadis muda yang tampak berlari disertai lelehan air mata di pipinya. Di belakang gadis itu ada seorang laki-laki yang tampak lebih dewasa dari gadis tersebut sedang mengejarnya.

"Fitri! Jangan lari-lari, nanti kamu terjatuh!"

Ingin rasanya Fian berteriak seperti itu saat ini. Namun ia masih tahu tempat, ia tidak ingin membuat perhatian orang-orang semakin terarah pada ia dan istrinya. Justru yang menjadi kekhawatirannya sekarang adalah kondisi mental istrinya. Baru beberapa waktu yang lalu mereka berbaikan perihal ia yang pulang terlambat hari itu.

Namun sekarang ... apa ia harus terus-menerus membiarkan istrinya menangis seperti itu?

Ia sangat memahami bagaimana perasaan Fitri sekarang ini. Pasti istrinya itu sangat terpukul saat mendengar kabar bahwa sang ayah mertua masuk rumah sakit karena terjatuh atau terpeleset di kamar mandi. Ia pun tidak tahu bagaimana kejadian pastinya. Namun yang jelas, ia berharap semoga semuanya akan baik-baik saja.

Brak!

"IBU!"

Sekali lagi Fian harus menghela napasnya saat semua tatapan orang yang berada di dalam ruangan mengarah padanya, terlebih pada istrinya. Fitri langsung berhambur memeluk sang ibu dan memeluk tubuh ringkih sang ayah mertuanya yang masih belum sadar itu dengan tangis tersedu-sedu. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang, selain bergabung bersama Mas Ilham─suami dari Mbak Mimah─di pojok ruangan.

"Apa kabar, Mas?" tanya Fian membuka percakapan dengan tatapan yang masih mengarah pada Fitri.

"Mas baik kok, Yan. Kamu sendiri bagaimana? Fitri pasti syok banget ya tadi?" jawab Mas Ilham yang juga kembali bertanya tentang keadaan Fian.

"Alhamdulillah ... aku juga baik, Mas." Fian tersenyum getir. "Namun istriku tidak, dia terus menangis di sepanjang perjalanan tadi." Dapat Fian dengar helaan napas yang keluar dari bibir kakak iparnya ini.

Mas Ilham menoleh pada Fian sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangan ke depan. "Mimah juga begitu tadi, dia langsung lemas pas tahu kalau Ayah masuk rumah sakit. Apalagi Fida mengabari kami sambil menangis," tuturnya sembari menatap lekat-lekat pemandangan menyesakkan di depannya.

Pemandangan yang dimaksud adalah ketika sang istri menarik Fitri dari sang ayah mertuanya hingga pelukan adik iparnya itu terlepas. Dapat ia dengar kalau istrinya itu menegur Fitri dengan tegas. Apalagi kalimat terakhir yang dilontarkan oleh sang istri berhasil membuatnya geleng-geleng kepala karena tak habis pikir.

"Ayah itu nggak mati, Fit! Kamu jangan berlebihan!"

Ya, ia tahu kalau ayahnya tidak mati. Akan tetapi, haruskah istrinya itu berkata demikian pada sang adik? Lihat, bukannya berhenti, tangisan Fitri malah semakin kencang dibuatnya. Ilham benar-benar dibuat heran dengan kelakuan istrinya.

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang