Bagian 68 ⭒࿈⭒ Keributan di Dapur

6 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sesampainya di rumah Fitri, para gadis yang tampak sangat antusias itu langsung masuk setelah kunci pintu dibuka oleh sang tuan rumah. Mereka mencari letak ruang tengah, di mana televisi sebesar 14 inci terletak di sana. Emi segera meletakkan LCD Player miliknya di bawah dan meminta kaset film yang dibawa Kania, lantas segera memasangnya.

"Eh, Azmil! Bantuin bikin minuman dong!" seru Fitri pada salah satu sahabatnya tersebut.

Azmil yang semula sedang menata camilan bersama Wasilah dan Kania di atas meja kecil di ruang tengah itu spontan menoleh ke arah Fitri. Gadis itu mengacungkan jempolnya dan langsung menghampiri sahabatnya tersebut untuk membantu membuat minuman. Sementara Emi dan Qonita masih sibuk dengan kaset film dan LCD Player yang akan mereka gunakan untuk menonton.

"Kita mau bikin minuman apa, Fit?" tanya Azmil sesampainya mereka berdua di dapur.

Fitri menggeleng, ekspresi wajahnya tampak bingung. "Tidak tahu juga aku. Es aja enak kali, ya? Aku ada sirup rasa jeruk itu di lemari."

Azmil menganggukkan kepalanya. "Boleh, tuh. Es batunya bagaimana?" tanya Azmil saat tak melihat adanya kulkas di dapur rumah Fitri.

"Beli di tetangga belakang rumah, biar aku saja yang ke sana. Kamu tolong buat sirupnya, ya?" tutur Fitri sembari mengambil baskom di rak dan botol sirup di dalam lemari. Fitri meletakkan kedua itu di atas meja dan segera beranjak keluar lewat pintu belakang untuk membeli es batu pada tetangganya.

Sementara Azmil juga langsung mengolah sirup itu di baskom dan menyiapkan beberapa gelas untuk minumannya. Sembari menunggu Fitri yang membeli es batu, Azmil melihat-lihat isi dapur sahabatnya tersebut. Tidak banyak yang bisa ia temukan selain panci, wajan, piring, gelas, dan antek-anteknya. Bumbu-bumbu dapur juga belum lengkap. Sepertinya Fitri belum ada waktu untuk berbelanja bahan dapur selain beras dan lauk pauknya.

"Wajar sih, kan mereka baru pindah ke rumah ini kemarin." Azmil bergumam sembari tersenyum kecil. Melihat Fitri sekarang ... rasa-rasanya ia juga ingin segera menikah. "Mau menikah gimana kalau calonnya saja belum ada," gerutunya dengan bibir yang sudah mengerucut sebal.

Wasilah yang memang sudah berada di pintu dapur untuk mengambil toples, jadi tertawa mendengar gerutuan sahabatnya yang dikenal paling kalem di antara mereka tersebut. "Hahaha, cari calon dong kalau gitu. Kamu tuh cantik, tahu. Pasti akan banyak yang mengantri untuk jadi suamimu," gurau Wasilah sembari menaik-turunkan alisnya menggoda Azmil.

Spontan saja Azmil mendelik kesal dan merona malu kala digoda seperti itu oleh sahabatnya. Ia mencipratkan beberapa tetes air pada Wasilah untuk melampiaskan kekesalannya. "Rasain tuh! Makanya, jangan suka godain orang!" seru Azmil tertawa puas.

Wasilah merengut, bibirnya mengerucut. "Nyebelin banget sih, Azmil! Aku kan hanya memberikan saran untuk solusi kegalauanmu!" pekik Wasilah yang tidak terima karena sebagian bajunya basah terkena cipratan air dari Azmil.

Azmil memeletkan lidahnya, mengejek. Ia tidak peduli, yang terpenting rasa kesalnya pada Wasilah sudah terbalaskan. "Aku tidak ingin saran yang seperti itu, Wasil! Aku belum siap menikah, tahu!" ujar Azmil kembali melempar argumennya. Tak lupa delikan tajam di netranya yang menambah kesan seram pada wajahnya.

Namun menurut Wasilah tidak demikian. Sahabatnya itu justru terlihat sangat lucu sekarang. Begitu menggemaskan di balik sifat malu-malu tapi maunya.

"Ada apa ini, eh? Baru ditinggal sebentar saja, sudah ribut kalian."

Teguran itu berasal dari Fitri yang baru saja tiba dari arah pintu dapur sembari menenteng satu buah es batu di tangan kirinya. Kehadiran Fitri membuat Azmil kian merengut, dan Wasilah yang menahan tawanya.

Melihat interaksi aneh kedua sahabatnya, Fitri bertanya. "Kalian kenapa, sih?" tanyanya dengan salah satu alis terangkat.

"Wasilah itu loh, Fit! Dia menyuruhku menikah dan menyusulmu!" seru Azmil sembari menunjuk pada sahabatnya yang masih berdiri di dekat pintu dapur.

"Aku kan hanya memberi solusi dari masalah hatimu!" pekik Wasilah untuk membela diri.

"Tunggu-tunggu, coba ceritakan dari awal. Aku mana ngerti kalau kalian langsung salah-salahan begitu," pinta Fitriana Ayodya sembari menatap satu per satu wajah kedua sahabatnya ini. Fitri hanya mencoba menengahi perdebatan yang terjadi di antara keduanya.

Azmil dan Wasilah pun mulai menceritakan kejadiannya dari awal. Fitri sendiri hanya menjadi pendengar yang baik sekarang, dan tanpa mereka sadari ... Emi, Kania, dan juga Qonita ikut mendengarkan. Ketiganya tadi terusik dengan suara-suara berisik dari arah dapur. Maka dari itu mereka mencoba memeriksa dan mendapati Azmil beserta Wasilah yang tengah mendongeng ria. Ya, bercerita dengan tatapan sengit di antara keduanya. Masing-masing dari mereka berdua merasa argumennya yang paling benar.

"Ohh, jadi seperti itu." Fitri mengangguk-anggukan kepalanya, lalu menghela napas kemudian. "Kalian ribut hanya karena masalah nikah?" Seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya dari Azmil dan Wasilah, Fitri bertanya untuk memastikan.

"Jangan salahin aku. Aku hanya menghalu, bukan berarti aku mau dan siap menikah." Azmil bersedekap dada dan membuang muka ke arah lain. Ke mana saja asalkan tidak menatap pada sahabat-sahabatnya.

"Ya kan, aku cuma memberi saran, Azmiiill!" Wasilah yang gemas spontan mencubit kedua pipi Azmil dengan kuat. Membuat sang empunya mengaduh kesakitan sekarang.

Fitri hanya tertawa melihat tingkah keduanya, begitupun Emi, Qonita, dan Kania yang sudah menunjukkan atensinya. Keenam gadis remaja yang sedang berada di dapur itu segera menyelesaikan pekerjaannya masing-masing. Mengingat waktu yang terus berjalan, dan hari yang semakin siang.

Makanan dan minuman, kaset dan LCD-nya sudah siap semua. Para penontonnya yang terdiri dari enam gadis manis itupun juga sudah mengambil tempat masing-masing. Qonita dan Fitri memilih duduk di dekat dinding, alasannya agar bisa menyandar. Sementara Kania dan Azmil ada di samping mereka, menghadap langsung pada layar televisi. Kemudian Emi dan Wasilah yang duduk di barisan kedua. Lebih memilih di belakang agar lebih leluasa menonton.

Judul film India yang akan mereka tonton berjudul Kahin Pyaar Na Ho Jaaye. Film berdurasi 2 jam 45 menit itu dibintangi oleh Salman Khan dan Rani Mukerji sebagai tokoh utamanya. Film bergenre komedi romantis ini sanggup membuat kelimanya kelimpungan saat menontonnya. Terlalu menghayati sepertinya. Apalagi Fitri dan Kania yang sempat tertawa dan berteriak-teriak kegirangan saat ada adegan romantis antara Prem dan Priya, sang tokoh utama di film itu.

Keenamnya begitu menikmati alur film yang disutradarai oleh K. Muralimohana Rao itu dari awal hingga akhir. Membuat kecintaan mereka pada Film Bollywood itu semakin menjadi-jadi. Bahkan Azmil sudah mengidolakan Salman Khan sekarang.

"Aaaaa, filmnya sweet bangett!"

"Kamu benar, Fit! Lain kali kita harus menonton film dengan genre serupa!"

"Iya! Aku akan mencarikan kasetnya!"



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang