Bagian 35 ⭒࿈⭒ Malam Bercerita

14 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kenapa nggak bilang, sih?! Aku khawatir tahu, Mas! Aku kira terjadi sesuatu denganmu di jalan! Bagaimana kalau-"

Bla, bla, bla ...

Fian menghela napasnya. Sudah setengah jam ia berdiam diri di atas ranjang sembari mendengar omelan sang istri. Fitri masih saja mengomelinya sesaat setelah berhenti menangis tadi. Ia sampai dibuat heran dan bertanya-tanya. Apakah Fitri tidak lelah karena terus mengoceh sedari tadi?

"Sudahlah, aku kan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," tutur Fian yang justru malah membuat Fitri semakin jengkel dibuatnya.

"Tidak perlu bagaimana?! Kamu ini benar-benar, ya! Ah, sudahlah!"

Fian menghela napasnya. Ia mendekat pada sang istri dan menggenggam tangannya. Tak lupa senyuman lembut yang menyertai, dilayangkan Fian untuk menenangkan sang istri. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja, okey?" tuturnya sambil mengelus punggung tangan Fitri dengan lembut.

Bibir Fitri mengerucut. Ia benar-benar kesal dengan suaminya itu. Bisa-bisanya Fian membuat dirinya khawatir sampai jantungan seperti tadi. "Iya, iya. Jangan diulangi lagi tapi. Aku benar-benar khawatir," ujar Fitri kemudian.

Tanpa ragu, Fian mengangguk. Kemudian laki-laki itu berdiri dan mengajak Fitri berkumpul bersama keluarganya yang kini sedang berada di ruang tengah. Suara sang ayah yang tengah bercerita sampai terdengar di kamar mereka. Ya, rutinitas tiap malam. Kalau sang ayah tidak lelah, beliau akan bercerita tentang sejarah pada seluruh keluarganya. Setiap hari ada saja cerita baru yang diceritakan. Berganti-ganti tema, berganti-ganti topik.

Seperti saat ini.

Fitri yang baru saja bergabung dengan Fian mendengar sang ayah mertua menyebut nama Nabi Yusuf. Dari situ Fitri langsung tahu, kalau ayah mertuanya sedang menceritakan kisah Nabi Yusuf yang dikenal dengan paras tampannya tersebut.

"Para wanita di ruangan itu langsung terpesona ketika Nabi Yusuf lewat di depan mereka. Para wanita itu bahkan tidak sadar kalau bukan buah yang mereka iris, melainkan jari-jari mereka sendiri. Sungguh Allah telah menciptakan Nabi Yusuf dengan sebaik-baiknya paras. Hingga bisa membuat para wanita yang ada di sana terpesona," tutur sang ayah mertua.

Plop!

Suasana yang serius itu seketika buyar kala Maulida dengan polosnya memainkan dot di mulutnya hingga menimbulkan bunyi 'plop' yang sangat nyaring. Tawa gemas dari para orang dewasa di sekitarnya membuat Maulida kecil menatap mereka dengan bingung. Kedua mata bulatnya menatap seluruh keluarganya dengan tatapan polos miliknya.

"Astaga, gemasnya cucu Nenek."

"Hahahaha, dia memang pencair suasana, Ibu."

Semua yang berada di sana sangat gemas dengan si kecil Maulida. Balita itu kembali memainkan dot di mulutnya tanpa memedulikan keadaan sekitarnya. Memang pada dasarnya anak kecil, mereka itu selalu punya dunia sendiri. Yang jelas, dunia mereka sangat berbeda dengan orang dewasa.

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang