Bagian 67 ⭒࿈⭒ Bersama Sahabat

8 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Satu per satu rumah sahabatnya sudah Fitri datangi. Kini keenam gadis tersebut tengah berkumpul di salah satu pos ronda yang ada di desa mereka. Fitri, Wasilah, Qonita, Emi, Azmil, dan Kania tampak bercanda ria sembari membahas hal-hal random di sekitar mereka. Bahkan anak kucing yang baru lahir di rumah Emi pun turut menjadi topik pembicaraan mereka.

"Asli ya, mana itu lahirannya di lemari baju aku lagi. Gimana aku nggak kesal, coba?" pungkas Emi dengan ekspresi kesalnya. Ya, si induk kucing itu melahirkan di dalam lemarinya. Jadilah satu kotak pakaiannya yang berada di bagian bawah itu terkena lendir dan darah dari kucing tersebut. Membuat Emi uring-uringan seharian kemarin.

Qonita yang memang pada dasarnya mudah tertawa akan hal-hal lucu dan di luar nalar jadi tertawa terbahak-bahak sekarang. "Berarti itu kucing tahu kalau lemari Emi adalah tempat yang pas untuk melahirkan!" serunya sembari memukul-mukul bahu Wasilah dengan gemas.

"Aduh! Qonitaaaa, kebiasaan sekali kalau tertawa sampai mukul-mukul orang," gerutu Wasilah sembari memberikan delikan tajamnya pada gadis bernama lengkap Qonita Oktavia tersebut.

"Hahaha, maaf Wasil. Habisnya cerita Emi lucu sekali," tutur Qonita dengan cengiran tanpa dosanya. Gadis manis dengan netra bulat itu memang kerap kali menjahili sahabat-sahabatnya. Hobinya memang membuat orang kesal, tapi kalau tidak ada Qonita juga tidak akan seru.

Fitri menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah para sahabatnya itu. Hatinya pun terasa menghangat kala melihat tawa lepas kelima sahabatnya. Sungguh, ia sangat merindukan momen seperti ini. Karena sejak menikah, intensitas kebersamaannya dengan para sahabatnya jadi berkurang.

"Kamu sendiri bagaimana, Fit?"

Fitri langsung menoleh mendengar namanya disebut oleh Azmil. Kelima sahabatnya kini menatapnya dengan tatapan penasaran mereka. Menunggu kalimat apa yang akan ia keluarkan. Menunggu cerita apa yang akan ia ceritakan.

"Aku baru saja pindah rumah, tidak satu rumah dengan mertuaku lagi."

Dapat Fitri lihat ekspresi terkejut dari kelima sahabatnya. Wajar saja mereka terkejut, secara sebelumnya Fitri memang tidak pernah mengatakan perihal pindah rumah sama sekali. Gadis itu memang seolah begitu nyaman dengan rumah sang mertua yang ditinggalinya. Namun siapa yang menyangka kalau Fitri akan pindah rumah juga.

"Di mana?" tanya Kania.

"Di rumah Pakdhe Kholil."

"OHH, YA?!"

Fitri terkikik geli. Kelima sahabatnya spontan berteriak secara bersamaan tadi. Ia hanya mengangguk untuk mengiyakan dan meyakinkan para sahabatnya, kalau apa yang dikatakannya ini memang benar.

"Kalau tidak percaya, kalian boleh ke sana nanti."

Wasilah, Azmil, Qonita, Emi, dan Kania saling pandang sejenak, sebelum memunculkan seringainya secara bersamaan. Melihat seringai kelima sahabatnya itu membuat Fitri harus mengelus dadanya sabar. Lima tahun bersahabat dengan mereka membuat Fitri sangat hafal dengan tabiat mereka. Pasti mereka tengah merencanakan hal-hal yang akan merepotkannya nanti.

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang