Bagian 48 ⭒࿈⭒ Manjanya Ketika Sakit

14 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gelisah.

Itulah yang dirasakan oleh Aldiano Lutfiansyah saat ini.

Beberapa kali ia sempat terlena dalam lamunan hingga Abah menegurnya karena pekerjaannya hampir saja salah dan melenceng dari yang seharusnya. Jujur, ia begitu kepikiran dengan keadaan sang istri yang saat ini tengah terbaring sakit di rumah. Seharusnya ia tidak usah berangkat saja dan menjaga Fitri di rumah.

Namun apa daya, ia bahkan baru saja mendapat pekerjaan. Masa iya langsung meminta libur di hari pertama bekerja? Kan tidak mungkin.

"Kalau kamu memang sedang banyak pikiran, sebaiknya istirahat dulu saja, Yan. Tidak baik bekerja ketika pikiran kita ada di tempat lain."

Kalimat teguran yang berasal dari Abah itu membuat lamunan Fian buyar seketika. Laki-laki itu meringis dan meminta maaf pada kakek dari Rama tersebut. Hanya senyuman maklum yang diberikan Abah kala itu. Membuat rasa bersalah Fian kian membesar.

"Maafkan saya, Abah. Saya akan lebih teliti dan fokus lagi mulai sekarang," tutur Fian dengan nada penyesalannya.

"Sebenarnya hal apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Abah yang sepertinya mulai penasaran dengan hal yang mengganggu pikiran dari pekerjanya tersebut. Karena dari apa yang dilihatnya, laki-laki itu tampak begitu gelisah.

"Istri saya sedang sakit, saya terus kepikiran soal keadaannya."

Abah ber-oh ria dan menganggukkan kepalanya maklum. Jika sudah urusan cinta dan rumah tangga memang tidak bisa disalahkan. Pasti Fian sangat khawatir meninggalkan istrinya yang tengah sakit di rumah. Wajar, karena ia pun juga pernah merasakan hal yang sama. Terutama saat almarhumah istrinya masih ada di dunia.

"Pulanglah. Temani istrimu."

Fian tersentak. Netra hitamnya langsung menatap Abah dengan pandangan bingung dan bertanya. "Tidak, Abah. Saya janji akan kembali fokus untuk mengerjakan ini," tutur Fian kemudian.

"Tidak, Fian. Keberadaan kamu di samping istri kamu itulah yang aku maksud. Bukan berarti aku memulangkanmu karena kamu tidak fokus. Aku memikirkan keadaan istrimu juga. Dia pasti butuh kamu sekarang. Pulanglah, temani istrimu. Kamu bisa kembali besok."

Seulas senyum terbit di bibir pria yang kira-kira usianya sudah hampir memasuki kepala tujuh itu. Membuat Aldiano Lutfiansyah, mau tak mau jadi ikut tersenyum juga.

"Terima kasih atas pengertiannya, Bah. Saya pamit pulang dulu, assalamua'laikum."

"Wa'alaikumsalam ..."

Usai berpamitan, Fian buru-buru menyalami tangan Abah dengan sopan, dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Kemudian, laki-laki yang hari itu memakai setelah kaos lengan panjang berwarna biru dan celana bahan warna hitam tersebut langsung mengambil sepedanya yang terparkir di halaman rumah. Pulang dengan perasaan semangat, karena ada sang istri yang sangat ingin ditemuinya.

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang