•
•
•"Jadi kalian sudah mendapatkan rumah sewa untuk ditinggali?" tanya seorang wanita paruh baya sembari menatap kedua pasutri di depannya dengan serius.
Salah satu di antara keduanya mengangguk cepat. "Iya, Ibu. Kami akan pindah minggu depan," tutur si laki-laki sembari memberikan kode pada sang istri untuk ikut meyakinkan wanita paruh baya di depannya.
"Benar kata Mas Fian, Ibu. Kami akan menempati rumah Pakdhe Kholil di dekat pegadaian sana," sahut Fitri kemudian.
Wanita paruh baya yang diketahui sebagai ibunda dari Aldiano Lutfiansyah itu mengelus dagunya, tampak sedang berpikir sepertinya. "Kalian serius mau keluar dari rumah ini?" tanyanya dengan tatapan yang sudah menyendu.
Fitri menatap iba pada sang ibu mertua. Ia merangsek maju dan memberikan pelukan hangatnya untuk menenangkan ibu mertuanya tersebut. "Ibu, aku dan Mas Fian akan sering-sering berkunjung ke sini kok. Jadi Ibu tidak perlu sedih," tutur Fitri sembari mengusap-usap punggung sang ibu mertua.
"Tetap saja kalian akan pisah rumah dengan Ibu, Fitri." Ibunda Fian itu menghela napasnya yang terasa berat. "Rasanya Ibu tidak rela jika harus berpisah dari kalian berdua," lirihnya.
Fian yang melihat drama picisan antara ibu dan istrinya itu hanya memutar bola matanya malas. Ia sungguh bingung dengan pola pikiran kaum hawa. Apa-apa dibawa perasaan, apa-apa melankonis, sedikit-sedikit dramatis.
"Sudahlah Ibu. Apa yang dipermasalahkan, sih?" tegur Fian yang spontan saja membuat pelukan perempuan berbeda usia itu terlepas. "Benar kata Fitri, kita berdua akan sering-sering berkunjung ke sini kok. Lagipula, ini kan tempatnya masih satu kabupaten."
"Kamu itu suka sekali menghancurkan suasana," gerutu sang ibu sembari mendelik kesal pada putranya tersebut.
Fian terkekeh di tempat. "Ya maaf, lagian Ibu juga terlalu mendramatisir keadaan, sih."
Aldiano Lutfiansyah dan segala perkataan yang keluar dari mulutnya memang menyebalkan. Lihat saja cengiran lebar yang ditunjukkan laki-laki itu sekarang. Membuat Fitri jadi ingin sekali menghajarnya jika ia tidak ingat kalau Fian adalah suami tercintanya.
"Kamu saja yang tidak mengerti perasaan perempuan!" kesal sang ibu yang kini sudah berdiri dan hendak beranjak pergi meninggalkan tempat. Membuat kedua pasutri tersebut hanya menatapinya dengan salah satu alis terangkat. Fian dan Fitri saling pandang setelahnya, lantas terkekeh bersama kemudian. Tidak ada yang tahu apa yang keduanya pikirkan selain diri mereka sendiri.
"Ibu kamu itu memang ada-ada saja," kekeh Fitri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
Fian pun juga ikut terkekeh setelahnya. Kemudian kedua pasangan suami-istri itu memutuskan untuk kembali ke dalam kamar mereka. Namun belum sampai niat itu terlaksana ...
Ctak!
"Aaaa gelap!"
"Mati lampuuuu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali Ayodhya ✔
RomanceGenre : Comedy - Romance Tema : Marriage Life ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Menikah atas dasar cinta memang menjadi impian semu...