Bagian 16 ⭒࿈⭒ Bebas Lepas

49 20 43
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bangun, Nona Fitri."

"Mau sampai kapan Anda tertidur, hm?"

Bisikan itu membuat Fitriana Ayodya yang tengah asik mengarungi samudra mimpi jadi terusik. Tidurnya pun kian terganggu ketika tangan-tangan nakal dari Aldiano Lutfiansyah menelusup ke sela-sela jari tangan kanan Fitri yang berada di atas bantal.

"Sayang~"

"Hng ..."

Gumaman random Fitri membuat Fian semakin terkekeh geli.

Senja sudah terlewat sejak beberapa menit yang lalu, langit pun sudah mulai gelap, tapi Fitri masih saja asik dengan dunianya. Sampai-sampai Fian pulang pun ia belum bangun juga. Benar-benar tidak merasa terusik sama sekali kalau sudah memasuki alam mimpi.

Fian sendiri sudah tidak heran dengan salah satu sifat istrinya yang sudah mendarah daging itu. Fitri memang bisa tertidur berjam-jam lamanya jika sedang merasa kelelahan. Maka dari itu Fian ada di sini sekarang, untuk membangunkan sang istri atas perintah ibunya. Mengingat sudah sedari tadi siang Fitri tidur, pastinya sang istri belum makan sampai sekarang.

"Fitriana Ayodya."

Fian kembali memanggil sang istri, kali ini dengan menggoyangkan bahunya sedikit keras, dan cara itu berhasil membangunkannya.

Fitri mengerjap-erjapkan kelopak matanya dengan perlahan. Cahaya lampu yang memasuki netranya membuat pandangannya kian menyipit. Setelah pandangan Fitri mulai jelas, ia melihat sang suami tengah duduk di samping kanannya dengan senyuman lebar andalannya.

"Astaga, Mas! Sudah pulang?! Jam berapa sekarang?!" Fitri spontan mendudukkan dirinya dengan cepat. Melihat jam dinding di atas nakas yang membuat kedua bola matanya langsung membulat sempurna. "Sudah maghrib?! Kok nggak bangunin aku?!" pekiknya.

Fian tertawa lepas. "Bagaimana mau dibangunkan kalau tidurmu saja sudah seperti beruang yang sedang hibernasi," ujar Fian disertai kekehan setelahnya.

Fitri auto cemberut, bibirnya maju beberapa senti dengan kedua alis menukik tajam. Menatap sang suami dengan aura permusuhan yang begitu kental.

"Maaf, deh. Aku hanya tidak tega membangunkanmu. Apalagi Mbak Sajidah tadi cerita kalau kamu kelelahan setelah dari pasar dan tidur sampai lupa waktu begini."

Fitri hanya menghela napasnya. "Aku memang cepat lelah akhir-akhir ini, mungkinkah aku hamil?"

Hah?

Fian menahan tawanya. "Aku aja belum nyentuh kamu, loh. Hamil dari mana coba? Ada-ada aja, sih. Kecapean aja itu, nanti kita periksa ke klinik aja, ya?"

Gelengan kepala dilayangkan Fitri sebagai penolakan. "Aku nggak sakit, Mas. Nggak perlu sampai ke klinik juga. Lagian aku juga tidak punya kartu kesehatan, biaya klinik kan lumayan mahal."

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang