•
•
•Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Karena Fian baru saja mendapatkan sebuah surat pemutusan kerja dari atasannya, dan alasan dibaliknya itu sungguh tidak bisa diterimanya. Pabrik tempatnya bekerja bangkrut karena atasannya ditipu oleh kliennya.
Sungguh, ini tidak bisa diterimanya.
Apalagi imbasnya kepada para rekan kerjanya yang sama ter-PHK-nya seperti dirinya. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Laki-laki dengan surai klimis itu benar-benar bingung sekarang. Berita yang dibawakan tukang pos lewat surat ini sudah cukup membuatnya terkejut.
"Jangan sampai Fitri dan yang lainnya tahu soal ini. Aku tidak ingin mereka jadi ikut kepikiran," gumam Fian sembari melipat surat itu dengan rapi dan langsung memasukkannya ke dalam saku celananya. Kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah dan bersiap-siap berangkat kerja.
Ya, ia akan tetap berangkat ke pabrik tempatnya bekerja beberapa saat yang lalu sebelum surat PHK itu sampai padanya. Ia hanya merasa kalau ia harus tahu sesuatu. Ia harus tahu dan memastikan secara langsung apakah berita yang tertulis di dalam surat itu benar adanya atau hanya kebohongan belaka.
Karena jika tidak demikian, ia tidak akan tenang. Perlu digarisbawahi, bahwasannya Aldiano Lutfiansyah kita ini tidak suka adanya ketidakjelasan suatu berita sebelum ia sendiri yang memastikan kebenarannya. Ya, itulah Fian.
Fitri yang kebetulan berada di kamar jadi mengernyit bingung kala melihat sang suami memasuki kamar dengan kening berkerut-kerut seolah tengah memikirkan sesuatu yang rumit. Fitri spontan berdiri dan memegang lengan Fian dengan pelan, dan tindakannya itu berhasil membuat atensi Fian teralihkan padanya.
"Mikirin apa? Kening kamu sampai berkerut-kerut begitu," tanyanya.
"Tidak ada apa-apa. Aku harus segera berangkat. Tolong siapkan bekalku, ya." Hanya itu yang bisa Fian katakan untuk menjawab rasa penasaran Fitri saat ini. Ia benar-benar tidak ingin menceritakan kegelisahan hatinya sebelum semua masalah ini jelas baginya.
Fitri sendiri tidak bisa berkata apa-apa selain langsung menuruti permintaan suaminya. Gadis dengan potongan rambut sebahu itu bergegas ke dapur untuk menyiapkan bekal untuk sang suami. Bukan bekal yang mewah, hanya nasi, sayur, dan beberapa lauk tahu-tempe kesukaan Fian saja. Mengingat sang suami tidak begitu suka lauk yang aneh-aneh. Kalau sesekali mungkin tidak apa.
Sajidah yang melihat sang adik ipar menyiapkan bekal dengan sedikit terburu-buru membuatnya jadi menaikkan alis, merasa heran. "Fian berangkat pagi, ya?" tanya Sajidah sambil meletakkan gelas yang tadi dipegangnya ke dalam rak gelas.
Fitri mengangguk. "Kayaknya sih gitu, Mbak. Dia bilang mau berangkat sekarang. Makanya aku buru-buru siapin bekalnya," papar Fitri apa adanya.
Gadis dengan surai hitam sebahu itu menutup kotak bekal di tangannya dengan hati-hati. Setelah memastikan kalau kotak bekalnya sudah tertutup sempurna, Fitri menatap sang kakak ipar yang masih berdiri di tempat sembari memerhatikannya itu dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali Ayodhya ✔
RomansaGenre : Comedy - Romance Tema : Marriage Life ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Menikah atas dasar cinta memang menjadi impian semu...