•
•
•Sudah tiga hari sejak Fitri sakit. Sejak saat itu pula Fian selalu meminta izin untuk pulang lebih awal dari jam kerjanya. Beruntungnya Abah juga memaklumi hal tersebut. Karena faktanya, Fian menerima gaji penuh di pekan ini. Tidak seperti yang dibayangkan, benar-benar di luar ekspektasi juga. Umumnya gaji pekerja akan dipotong, tapi ini tidak. Gaji yang diperoleh Fian malah utuh tanpa dikurangi sepeser pun.
Rasa syukur dan terima kasih langsung Fian panjatkan pada sang maha kuasa yang telah mempertemukannya dengan orang-orang baik seperti Kakek dari Rama tersebut. Ah, ngomongin soal Rama ... Fian belum bertemu laki-laki itu sama sekali sejak terakhir kali pertemuan mereka di hari itu.
Kira-kira apa yang sedang dilakukannya, ya?
"Mungkin aku harus berkunjung ke rumahnya," monolog Fian sembari mempercepat laju kayuhan sepedanya. Hari masih tergolong siang, jadi ia memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah temannya tersebut untuk bersilaturahmi.
⭒࿈⭒
Tok, tok, tok!
Kini Fian sudah berada di depan pintu rumah Rama, menunggu seseorang untuk membukakan pintu untuknya. Sepedanya ia letakkan di bawah pohon jambu yang berada di halaman rumah temannya itu. Tempat yang cukup strategis karena dibawahnya pun ada seonggok kayu panjang, yang sepertinya memang diperuntukkan untuk duduk-duduk.
Ceklek!
Netra Fian langsung menoleh ke sumber suara, seketika itu juga ia dibuat terkesiap kala menemukan Rama dalam keadaan wajah diplester di mana-mana.
"Ada apa denganmu?" tanya Fian yang tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.
"Biasalah, anak cowok." Rama menjawab dengan santainya. Sesekali ringisan kecil terdengar dari bibir laki-laki itu.
Fian mendengkus, dan memberikan seplastik buah jeruk yang tadi sempat dibelinya di jalan pada Rama. Laki-laki itu menerimanya dengan senang hati. Kemudian Rama mempersilakan Fian untuk masuk dan duduk di sofa, sementara ia akan membuatkan minuman dan mengambil camilan untuknya.
"Padahal tidak perlu repot-repot," tutur Fian yang langsung mendapat delikan tak setuju dari Rama.
"Jangan gitu, Yan. Kau itu tamu di rumah ini," ujar Rama yang mulai beranjak ke dapur dan meninggalkan temannya itu sendirian di sofa. Rumahnya sedang sepi sekarang, sang ibu tengah ke sekolah adiknya. Jadilah hanya ia sendiri yang berada di rumah.
Usai membuat jus jeruk dan mengambil beberapa toples camilan, Rama segera membawa semua itu ke ruang tamu dan meletakkannya di atas meja panjang yang berada di tengah ruangan. Lantas kemudian mendudukkan dirinya di depan Fian yang masih saja menatapnya dengan kedua netra memicing penasaran.
"Kau berkelahi dengan siapa, Ram? Sampai babak belur begitu wajahmu."
"Preman pasar, Yan. Aku dipalak lusa kemarin. Mana posisinya nggak bawa uang lagi. Ya sudah, aku kabur saja." Rama terkekeh dan menggelengkan kepalanya kala mengingat kejadian itu. "Eh, dikejar dong. Terus mereka malah mancing-mancing ngajak kelahi, ya aku ladenin lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali Ayodhya ✔
RomansaGenre : Comedy - Romance Tema : Marriage Life ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Menikah atas dasar cinta memang menjadi impian semu...