BAB 3

7.7K 304 4
                                    

nama pacarku jeno, kalian nggak boleh samaan ya

taeyeon-if

taeyeon-if

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★✰✯☆✩

happy reading...

Hari yang paling menyenangkan di hidup Amora adalah hari Sabtu dan Hari Minggu. Karena di hari itu ia bisa rebahan sepuas nya sambil menonton drama korea kesukaannya.

Pagi ini Edgar memberitahu dirinya akan pergi dinas keluar kota selama 2 bulan. Tentu Amora sangat senang, tetapi ada sedihnya juga kalau Ayahnya akan pergi selama itu.

Tidak biasanya juga Edgar akan pergi selama itu, biasanya Ayahnya akan pergi paling lama satu minggu. Itu pun di hari kelima sang Ayah sudah dengan beralasan takut anak gadisnya melakukan hal yang diluar jangkauannya.

"Selama Ayah pergi, Javier tinggal disini menggantikan Ayah," ujar Edgar.

"Amora nggak mau kalau sama Javier. Dia itu cowok paling paling nyebelinn," tolaknya menggebu-nggebu. "Biasanya ditinggal sendiri dirumah nggak papa tuh, Yah," rengeknya.

"Ayah nggak bisa tinggalin kamu gitu aja, apalagi kamu perempuan Amora." Tegas Edgar tak terbantahkan.

"Ayahh mahh... Kan ada bibi jugaa," bibirnya mengerucut kedepan dengan mata berbinar berharap sang Ayah luluh.

"Bibi kalau jam tujuh udah pulang."

"Ayahhh... Please."

"Tidak tetap tidak." Gadis itu mendengus malas, ia lupa kalau Ayah bilang tidak tetap tidak sampai kapanpun. Mau Amora nangis darah sampai kayang pun Ayah tetap konsisten dengan keputusannya.

Kadang, Ayah itu terlalu tegas padahal pada Amora. Melarangnya ini itu, kemana pun harus izin dengan alasan yang jelas kecuali bersama Javier ia bisa dibebaskan.

Katanya 'Kamu pasti aman kalau ada Javier'.

Pokoknya semua itu harus bekaitan dengan Javier sampai Amora muak sendiri mendengarnya.

Edgar mengelus pucuk kepala Amora sambil terkekeh kecil melihat muka masam sang putri. "Jangan cemberut gitu mukanya, jelek."

"Muka Amora mah mau di bentuk apapun juga tetep cantik, Yah," centilnya sambil mengipas surai panjangnya.

Ayah Edgar menatap dalam sang putri yang tengah sibuk berceloteh. Terbesit rasa tak percaya ketika melihat anak gadisnya tumbuh dewasa tanpa bayangan mendiang Istrinya.

'Sayang, kamu pasti bangga kan sama aku? Aku berhasil membesarkan anak kita menjadi gadis dewasa dan cantik sepertimu. Setiap kali aku melihat Amora, bayang-bayang wajahmu selalu ada disana. Binar matanya, mulutnya ketika berbicara dan tertawa, itu semua tentangmu. Jika boleh, tolong sampaikan pada Tuhan agar aku diberikan umur yang panjang. Aku ingin merawat dan melihat anak kita lebih lama lagi.'

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang