Happy reading
Amora terbangun dari tidurnya pukul lima sore. Rasanya badannya masih sakit, apalagi di area kewanitaan. Ia mengingat kembali kejadian semalam, air matanya kembali luruh "Hikss... Gue benci tubuh gue... Gue mau nyusul mama, " ia menuruni tempat tidur lalu keluar.
Dia bahkan tidak menyadari bahwa dirinya saat ini berada di apartemen Javier. Yang ia pikirkan saat ini adalah mati. Mungkin dengan mati, ia bisa tenang. Ia bisa melupakan semua masalahnya yang terjadi pada dirinya.
Ia mengelilingi seluruh penjuru ruangan. Matanya tertuju pada area dapur. Amora mencari-cari benda tajam di area dapur dan menemukan sebuah pisau. Ia menatap miris pisau itu lalu mengarahkan ke tangannya "Selamat tinggal, dunia bajingan."
"Jangan gila!" sentak seseorang dibelakang Amora lalu merebut pisau yang hampir mengenai tangan Amora dan membuat tangan Javier mengeluarkan darah.
Amora terperanjat kaget lalu membalikkan badannya menatap lelaki yang lebih tinggi darinya "IYA GUE GILA! GARA-GARA LO KALAU LO LUPA" Amora membentak Javier lalu merebut paksa kembali pisau yang berada di tangan kanan Javier.
Dengan gesit, Javier mengangkat tingi tangan kanannya hingga Amora tidak bisa menggapainya.
Ia menatap tajam Amora "Jangan clidish," maki Javier lagi.
"Bangsat! Lo yang bikin gue kayak gini! Lo manusia paling jahat yang gue temuin!" Amora membalas memaki Javier karena tak terima apa yang di ucapkan Javier. Matanya menyorot tajam Javier dengan penuh luka di dalamnya.
Javier membuang pisau itu, ia mendekati tubuh Amora lalu menarik tangan Amora dan membawa Amora ke dalam dekapannya.
"Gue takut, tau nggak? Hidup gue makin rumit," lirihnya dalam pelukan Javier. Ia sama sekali tidak menolak, jujur ia merasa nyaman di dalam pelukan hangat Javier.
"Gue yang tanggung semua."
"Nggak semudah itu, Jav."
"Yakin sama gue. Gue bisa," Javier mengecup lama puncuk kepala Amora.
"Gue kecewa sama lo. Gue udah capek," Amora semakin mempererat pelukannya. Ia sudah pasrah, mau bagaimanapun caranya semua pasti tidak akan kembali seperti semula.
Javier tertegun. Ia sudah membulatkan tekatnya "Pulang."
"Pulang?" ulang Amora lirih. Ia tidak mengerti apa yang di maksud Javier dengan kata pulang.
Javier tidak menjawab apapun, ia menarik pelan tangan Amora menuju parkiran lalu mengendarai mobilnya karena motor sport kesayangannya masih berada di club. Ia mengendarai mobilnya meninggalkan apartementnya.
Selama di mobil Amora terdiam. Ia bahkan tidak bertanya kepada Javier bahwa ia akan dibawa pergi kemana.
Ia menatap lemas gedung-gedung tinggi yang memenuhi kepadatan kota Jakarta di depannya. Pikirannya semakin kacau. Ia bahkan tidak sadar saat Javier telah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Amora, ia membuka pintu untuk Amora membuatnya sedikit terkejut. Ya, mereka saat ini berada di rumah Amora.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAVIER
Teen FictionTentang pertemanan Javier dan Amora sedari kecil hingga beranjak dewasa menjadi musuh seperti tom & jerry. Mereka itu saling menyukai, tapi masih terasa abu-abu dalam diri mereka. Hingga sebuah insiden selamam yang membuat takdir mempersatukan merek...