BAB 21

4K 148 123
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

"Kandungan Nona Amora sudah berusia dua minggu," ujar Dokter Zea sambil mengamati layar monitor.

"Kandungannya cukup kuat, tetapi harus tetap berhati-hati karena rentan keguguran akibat umur Nona Amora yang masih terbilang muda."

Dokter Zia adalah Dokter pribadi milik keluarga Javier. Jadi ia dan Amora tidak perlu mengganti pakaian terlebih dahulu karena mereka langsung ke klinik pribadi milik Dokter Zia.

"H-hamil, Dok?" Amora menganggang tak percaya.

Walaupun ia sudah yakin bahwa dirinya tengah mengandung, tetapi tetap saja jika sang Dokter yang menyatakan tetap saja membuatnya terkejut.

Sedangkan Javier, ia menatap lamat-lamat layar monitor.

DIa tidak percaya di masa mudanya ia akan menjadi seorang Ayah. 'Apakah ia sudah cukup baik untuk menjadi Ayah?' batinnya bertanya-tanya.

Dokter Zia tersenyum hangat melihat reaksi Amora, dia sangat paham dengan keadaan pasiennya saat ini yang bisa dibilang married by accident. "Iya, sayang. Tetapi masih berbentuk gumpalan darah."

Cairan bening tanpa sadar keluar dari matanya. Perasaannya berkecamuk antara terharu dan takut. Matanya beralih menatap Javier yang berdiri menatap layar monitor tanpa berkedip.

"Jav... " panggil Amora pelan.

Javier tersentak pelan lalu mendekati Amora.

Dokter Zia yang paham akan situasi pamit undur diri untuk memberi ruang keduanya untuk berbicara.

"G-gue hamil," paraunya. Javier mendekat lalu mengelus puncuk Amora tak lupa menghapus air mata Amora yang mengalir deras.

"Hm."

Raut wajah Amora yang semula sendu menjadi kesal karena jawaban Javier "Kok gitu jawabnya?! Nggak seneng lo?!"

"Seneng."

"Ck! Udahlah kita pulang aja!" sungutnya.

Javier mengangkat satu alisnya. Padahal niatnya hanya ingin mengerjai Amora agar tidak terlalu sedih, tetapi malah menjadi marah beneran.

"Becanda."

"Bicindi," nada bicaranya dibuat seakan mengejek Javier tak lupa dengan bibirnya yang manyun.

Kekehan kecil keluar dari bibir Javier. "Bisa ketawa juga lo?" ejek Amora dengan senyuman smik.

"Kita pulang sekarang," ucap Javier mengalihkan pembicaraan. Jika diteruskan maka akan semakin panjang akibat Amora yang akan selalu mengejek dirinya.

Namun, entah kenapa melihat Amora jengkel akibat ulahnya selalu ada rasa puas di hatinya. Rasanya, sehari saja ia tak menganggunya maka harinya akan sedikit membosankan.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang