BAB 22

5.1K 162 6
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Pukul dua dini hari, Amora terbangun karena tak merasakan ada seseorang di sampingnya. Biasanya saat ia bangun untuk menganti posisi pasti selalu ada Javier di sampingnya.

Amora berjalan lunglai keluar kamar. Dia membutuhkan pelukan dari suaminya, Javier.

Walaupun selalu ada unsur keributan setiap harinya ia tetap benar-benar membutuhkan Javier seperti saat ini.

"Lagi ngapain?" tanya Amora dengan suara khas bangun tidur ketika melihat Javier berada di ruang tamu sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Kerja," balas Javier tak mengalihkan pandangannya dari layar. Dengan lihai jari-jari panjangnya mengetik sesuatu di keyboard seolah seperti hacker profesional.

Amor yang melihat itu menyengit bingung. "Kerja?" ulangnya, siapa tau dirinya salah mendengar.

"Kenapa bangun?" tanya Javier mengalihkan pembicaraan.

"Gapapa, nggak jadi." Amora memalingkan wajahnya. Gila! Kenapa dia malah jadi salting. Tapi memang saat ini ketampanan Javier bertambah berkali-kali lipat.

Apakah mungkin karena rambutnya yang acak-acakan serta menatapnya sayu.

Sebelum Amora berjalan pergi, Javier lebih dulu menyekal tangannya. "Sini kalau mau peluk."

"N-nggak!" kilahnya.

"Akhh!" pekiknya saat Javier menariknya lebih kencang hingga tubuhnya jatuh di paha Javier. Dan sekarang posisinya memeluk Javier seperti koala. Bedanya sekarang dengan posisi duduk.

"Ishh! Kaget tau!" dia meronta dalam pelukannya yang sangat tidak aman untuk jantungnya.

Tangan kekar Javier menyilang di pinggang Amora hingga diam tak berkutik. Dan tangan satunya digunakan untuk mengetik di laptopnya.

"Blush!" Pipinya memerah, takut jika Javier mendengar suara detak jantungnya. Rasanya dia ingin menenggelamkan tubuhnya di got depan apartementnya.

"Lo kerja apa?" tanyanya saat dia sudah menyelesaikan masalah jantungnya. Walaupun sekarang masih, namun tak sekencang tadi.

"Kantor."

"Ck! Maksudnya jadi apa?!" Amora memundurkan wajahnya membuat hidung mereka saling bersentuhan tanpa sadar.

Keduanya saling tatap dalam waktu yang lama. Javier memajukan wajahnya perlahan, Amora diam tak berkutik dia tak tahu harus berbuat apa.

Tubuhnya kaku untuk bergerak karena tatap mata Javier mampu menyihirnya.

Cup

Lama-lama dari kecupan berubah menjadi lumayan yang menuntun. Dengan liar kedua tangannya meraba bagian punggung mulus Amora, bagian kesukaannya.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang