BAB 17

4.3K 178 3
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Semakin malam para tamu secara perlahan menipis, tersisa teman-teman Amora dan Javier yang berada di meja paling pojok. "Cielah! Udah jadi pengantin aja!" goda Bara menaikkan kedua alisnya berulangkali kepada Amora dan Javier.

"Diem nggak!? Gue bunuh lo!" Amora menatap Bara nyalang, tangannya terangkat bersiap menabok lengan Bara.

Dengan cepat Bara menghindar lalu duduk di sebelah Javier. "Marah-marah mulu, hamil ya!?"canda Bara namun mampu membuat Amora terdiam seribu bahasa.

Plak

"Aduhhh! Apasih, Van!" ia mengelus mulutnya yang sedikit monyong akibat terkena tabokan dari Mevan.

"Diem! Bacot!" sekarang giliran Gian yang bersuara ketika Bara akan protes membuat semua terdiam seribu bahasa.

"Emm.. Ra, aku izin pamit duluan ya. Ayah sama Bunda udah nyariin aku," kikuk Meila menatap tak enak kepada semua temannya.

Amora berusaha mengembalikan senyumnya "Iya, Mei. Btw, lo pulang sama siapa?" tanyanya.

"Naik taksi aja!" balas Meila dengan senyum yang lebar.

"Gak! Pulang sama Bara!" protes Gian ketika mendengar Meila akan pulang menggunakan taksi. Itu sangat berbahaya, apalagi Meila perempuan polos yang disuruh apa-apa pasti mau.

Meila mendelik "Apasih, Yan!" ia merasa tidak enak kepada Bara.

"Oke! Gue mah mau-mau aja!".

"Nggak! Gapapa, aku bisa sendiri." setelah itu, Meila berpamitan kepada Amora dan Naura lalu pergi begitu saja.

"Kejar, njing!" tuntut Gian saat melihat Bara yang terdiam menatap kepergian Meila.

Bara menganggukkan kepalanya lalu pergi berlari menyusul Meila yang tengah mencari-cari taksi yang tidak kunjung datang.

"Brati bener! Bara emang anjing!" kekeh Devan membuat yang lain ikut terkekeh terkecuali Javier dan Gian yang menatap datar.

"Di panggil anjing langsung mau!" timpal Mevan.

Sedangkan Bara, diluar ia mencari-cari keberadaan Meila. Ekor matanya melihat Meila yang sedang memainkan ponselnya di trotoar pinggir jalan. Ia berjalan mengendap-endap mengintip layar ponsel Meila.

Bara merebut ponsel itu dari tangan Meila membuat Meila hampir terjungkal ke depan jika Bara tidak gesit menangkap tubuh Meila "Astaghfirullah!".

"Udahlah cantik, sama gue aja!" Bara mendekati Meila lalu memutar-mutarkan kuncinya di jari telunjuknya.

"Lepasin dulu, aku malu," Meila menatap arah lain ketika netranya bertemu dengan milik Bara.

Segera bara melepas rengkuhan di pinggang Meila, ia menggaruk tengkuknya salah tingkah "Ayo pulang sama gue," ucap Bara mengalihkan suasana.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang