BAB 28

4.3K 154 5
                                    

Maaf ya kalau masih berantakan😭 besok aku revisi ulang💘💕

Maaf ya kalau masih berantakan😭 besok aku revisi ulang💘💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Seusai menyiapkan sarapan, Amora kembali keatas untuk membangunkan Javier. "Bangun, Javier, kamu nggak sekolah?!" ia mengguncangkan tubuh Javier yang sama sekali tidak bereaksi.

"Javierr! Bangun! Kamu nggak sekolah?!" tanya Amora ke dua kalinya. Tangannya mencubit perut terbentuk Javier, hasilnya tetap nihil.

"Ck! Yaudah, nggak usah bangun sekalian aja," jengkelnya. Amora melangkahkan kakinya menjauh untuk melanjutkan kegiatan membersihkan dapur.

Namun, sebelum itu Javier lebih dulu mencekal tangannya lalu menariknya membuat Amora terjatuh di atas perut Javier akibat terkejut.

"Kenapa lagi?" tanya Amora menatap jengah Javier yang berusaha menyesuaikan pandangannya.

Javier menggelengkan kepalanya, tangannya sibuk memainkan jari lentik Amora. "Kenapa sih? Aneh banget tingkah kamu."

Ya, sekarang Amora mengganti panggilannya menjadi aku-kamu sejak semalam. Tentu, Javier yang memaksanya dengan cara menciumnya jika masih menggunakan lo-gue.

"Lo nggak sekolah?" tanya Javier mengalihkan topik saat melihat Amora masih mengenakan piyama.

"Enggak, gue udah mutusin homeschooling," balas Amora mantap. "Daripada Sekolah yang ngeluarin gue, lebih baik gue keluar sendiri."

Javier menatap Amora datar. "Aku," tekan Javier membuat Amora berdecak kesal.

"Susah Javier, lo—kamu pikir aja. Yang bisanya lo jadi aku ya mana gampang."

"Hm."

"Dih, marah-marah terus," sindir Amora.

"Enggak marah, sayang."

Blush.

Pipi Amora memerah bagaikan buah ceri yang baru saja matang. Merah sempurna. Kebiasaan baru Javier akhir-akhir ini selalu menggoda Amora sampai salting.

Javier terkekeh, ia mencubit pipi gembul Amora. "Kenapa jadi gemes?".

"Iwhh uwdha shwakit," Amora menjauhkan tangan Javier dari kedua pipinya.

"Sakit?" ledek Javier mendapatkan hujaman cubitan di bagian dadanya.

"Hahahahaha," Javier sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa lepas akan cubitan Amora yang tiada hentinya. Bukannya merasa sakit ia malah merasa kegelian.

"Ah! Udah ah, capek," keluh Amora lalu ia menarik lengan Javier agar bangun.

"Cepet mandi, terus sarapan," desaknya yang mulai kesal karena sedari tadi Javier terus menatapnya.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang