BAB 6

4.9K 194 0
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Adzan magrib telah berkumandang, membuat mereka yang beragama Islam beranjak mengambil wudhu masing-masing di kamar mandi yang telah disiapkan. Mereka akan melakukan sholat berjamaah dengan Javier yang menjadi imamnya. Sedangkan Meila dan Gian menunggu diluar karena mereka berbeda keyakinan dari yang lain. 

Setelah selesai melaksanakan sholat berjamaah, Amora dan Javier izin pamit karena ayahnya telah meneleponnya karena tidak ada keberadaan dirinya dirumah. Walaupun Edgar berada di luar kota, Edgar bisa memantau lewat cctv yang sudah terpajang di berbagai sudut rumah.

"Na, kita pulang dulu. Besok pulang sekolah gue kesini lagi," pamit Amora menyalami Naura diikuti oleh Javier.

"Makasih, Ra. Udah njenguk gue," balas Naura tersenyum.

"Alahh, alay banget! kayak sama siapa aja lo!" kekeh Amora ringan.

"Loh! Mau kemana?" tanya Devan melihat Amora dan Javier sudah menenteng tasnya di punggung. Pasalnya Devan dan Mevan dari luar sehabis membeli makan malam.

"Pulang duluan, dia udah dicariin ayahnya," Javier menunjuk Amora.

"Bentaran dulu lah! Udah gue beliin makan ini. Ayo makan dulu!" ajak Devan dengan kanan tangannya mengangkat memperlihatkan keresek berisi makanan dan tangan kirinya menarik tangan Javier lalu menuntunnya duduk di sofa.

"OH! Gue nggak diajak nih?" sindir Amora tangannya bersedekap dada sambil melirik Devan sadis "Cuma Javier doang yang diajak nih?".

"Yaelah, Ra! sini dahh!" Devan melambaikan tangan mengajak Amora untuk bergabung dengan segera Amora datang menghampiri, ia langsung menempatkan dirinya duduk di samping Javier.

Padahal niat Bara, ia ingin duduk di samping Javier "Yaelah yang nggak bisa jauh-jauh dari ayang," sinis Bara.

"Brisik lo, Bar! Makanya cari pacar sono. Dari lahir kok jomblo mulu!" Amora menjulurkan lidahnya mengejek Bara.

"Dihh! Sebenernya gue udah punya, emang enggak gue publis aja!" elaknya.

Devan membagikan satu-satu nasi padang kepada mereka kecuali Naura. Karena Naura belum boleh memakan makanan berminyak dan pedas karena itu bisa membuat perutnya bertambah kram.

"Gue suapin!" tegas Javier ketika melihat Amora sedikit kesusahan  saat makan karena ia menggunakan nail art dan tidak disediakan sendok oleh penjualnya.

"Nggak! Gue bisa sendiri," tolaknya.

Javier tidak memperdulikannya, ia menarik paksa bungkus nasi padang yang berada di pangkuan Amora lalu ia menaruhnya di tangan kirinya. Tangan kanannya mengambil nasi lalu ia bersiap menyuapkan Amora "Tangan lo udah bersihkan?" tanya Amora.

"Hm," dengan senang hati Amora menerima suapan dari Javier dan dengan sengaja Amora menggigit tangan Javier. Namun, dia Javier tidak akan terasa gigitan kecil Amora. Ia melanjutkan makan tanpa rasa jijik.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang