BAB 27

3.9K 142 9
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

"Sabar ya, nak. Tunggu ayah kamu datang bawain makanan, kalau peka. Tapi,kemungkinan besar enggak, Nak. Jangan berharap lebih kalau sama ayamu." celoteh Amora sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Terasa aneh, namun dia menikmatinya dimasa seperti ini yang mungkin belum tentu bisa kembali lagi.

"Kamu yang kuat ya, sayangnya Mama. Harus sehat pokoknya! Mama sama Ayah usahakan yang terbaik buat kesehatan kamu. Semuanya deh. Mama akan selalu memberikan kasih sayang yang tidak ada habisnya. Mama cinta kamu sayang... Hiks."

Wajahnya disembunyikan di dalam lipatan tangannya. Hidup itu tidak selalu tentang kebahagiaan, tetapi kapan Tuhan memberikan kebahagiaan kepalanya.

Dalam hidupnya dia selalu bersyukur dengan semuanya. Dan yang paling dia syukuri dalam hidupnya adalah Tuhan memberikan Ayahnya umur panjang sehingga sampai saat ini Amora masih bisa menatap wajah sang Ayah.

Pelukan hangat membuat Amora terjenggit kaget. Dari indra penciumannya, Amora sangat kenal dengan aroma parfumenya, "Javier?" panggil Amora dengan lirih sedikit serak akibat terlalu banyak menangis.  

"Hm."

Tubuh Amora terangkat lalu di dudukkan di paha Javier. "Aku malu," cicitnya Amora namun masih didengar oleh Javier.

Kedua tangannya menangkup pipi Amora yang sedari tadi menunduk. Dapat Javier lihat, mata Amora terlihat bengkak dan pipi yang memerah. Sakit. Javier ikut sakit melihat keadaan Amora yang seperti ini.

Dengan telaten Javier menghapus air mata wanita itu. "Kenapa semua ini harus terjadi sama aku? Sampai kapan Tuhan kasih aku ujian terus, Javier..."

"Maaf." Amora menggeleng kepalanya. "Bukan salah kamu, kita korban. Aku nggak mau saling menyalahkan lagi."

Javier sedikit termenung mendengar ucapan Amora ,wanita itu terlihat dewasa. Sepertinya Javier baru menyadarinya sekarang.

"Ayo," tanpa menyingkirkan tubuh Amora yang berada di pahanya. Javier berdiri sambil menggendong Amora seperi koala. Sangat enteng bagaikan Amora hanyalah kapas yang bisa dibawa dengan mudahnya.

"Mau kemana?" tanya Amora yang tidak mendapat jawaban dari Javier.

Amora mendengus kesal dibuatnya. Ia sudah pasrah kemana Javier akan pergi membawanya

Banyak pasang mata masih setia menatapnya tajam serta sinis. Apalagi saat ini posisinya berada di gendongan Javier, sudah di pastikan mereka semua semakin gencar mengatainya. Amora semakin mengeratkan pelukannya, menyembinyikan mukanya di cenguk leher Javier.

Javier mendudukkan Amora di meja tempat biasa keempat temannya makan.  Ada Meila dan Naura di sana yang menatapnya khawatir.

"Amora, gimana keadaan kamu? Sedari tadi aku nungguin kamu." tanya Meila khawatir.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang