BAB 25

3.5K 132 9
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cekrek. Amora membidik kameranya kearah Javier yang sedang tidur tanpa mengenakan baju sehingga bagian punggungnya terlihat jelas.

 Amora membidik kameranya kearah Javier yang sedang tidur tanpa mengenakan baju sehingga bagian punggungnya terlihat jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja punggung Javier ada bekas sayatannya ya gaiss)

Wanita itu menatap lamat wajah damai Javier, lelaki berhati hangat yang tertutup dengan sikap dinginnya. Amora yakin bahwa Javier menyembunyikan banyak masalah melalui wajahnya yang selalu terpasang datar.

Amora sangat yakin akan hal itu. Bukan hanya sekali dia melihat Javier di marahi, di hina sampai di pukul oleh kedua orang tuanya. Ah ralat, iblis.

Sejak kecil. Ya, Amora tahu semuanya sejak kecil. Namun dia hanya diam saja menunggu Javier sendiri yang menceritakan kepadanya. Tetapi sampai saat ini Javier masih belum bercerita apapun.

Tanpa sadar sudah lebih dari 20 menit Amora menatap wajah Javier hingga dirinya tidak menyadari bahwa sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06:57.

Tangannya gatal ingin mengepost foto punggung Javier di instagram pribadinya. Terlalu disayangkan jika tidak di pamerkan agar semua orang bisa melihat betapa indah suaminya. Amora menepuk jidatnya seakan tersadar apa yang tengah dia pikirkan. "Bisa-bisanya mikir kayak gitu."

Mata Amora membola ketika melihat jam. Dengan segara tangannya menggoyangkan tubuh Javier agar terbangun. "Javier! Bangun!" lengguhan dan decakan keluar dari mulut Javier, matanya menatap sayu Amora dengan penuh tanya.

"Kita telat! Aduuhh gimana inii," paniknya.

"Hari ini nggak usah berangkat, udah gue izinin semalam," balas Javier dengan suara serak lalu kembali tidur.

Amora menatap sinis Javier yang sudah kembali ke alam mimpi, "Yaudah kalau lo nggak mau sekolah. Gue sendiri aja, gue nggak mau ya. Gue udah bodoh, masa udah bodoh masih belagu mau nggak berangkat." Balas Amora lalu beranjak dari tempat tidur.

Pergelangan tangannya di genggam oleh tangan kokoh Javier. "Apa lagi? Gue mau mandi. Gue nggak mau nyia-nyiain kesempatan terakhir gue sebelum gue berhenti sekolah."

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang