Happy reading
Keadaan rumah Amora malam ini cukup mewah karena semua dekor sudah terpasang di berbagai penjuru, terutama ruang tamu.
"Sayang, kamu siap-siap sekarang. Perias sudah datang untuk meriasmu," Edgar mengelus surai panjang Amora sambil tersenyum sipul.
"Ayahh...," mimik wajah Amora cemberut. Ia belum siap untuk menikah di usianya yang masih sangat muda.
Edgar tersenyum menanggapi "No! Jangan nangis," ucap Edgar, tangannya mengelus air mata Amora yang jatuh.
"Ayah, sumpah Amora nggak hamil," ia masih berusaha meyakinkan Ayahnya. Ia yakin bahwa dirinya tidak mungkin hamil karena sejauh ini ia tidak memiliki gejala seperti orang hamil.
"Sayang, mau kamu hamil atau tidak. Keputusan Ayah tidak akan berubah. Memang sejak dulu keluarga Javier dan keluarga kita memang berniat menjodohkanmu dengan Javier."
"A-apa, Ayah? Coba ulangi lagi," ujar Amora terkejut. Air mata yang tadinya turun kembali lagi ke atas setelah mendengar penjelasan Edgar.
"Nggak ada pengulangan-pengulangan apapun. Sekarang ke kamar, siap-siap!" Edgar membalikkan tubuh Amora lalu mendorongnya menuju kamar untuk bersiap.
Amora mendengus namun ia tetap melangkah ke kamar karena sudah ditunggu oleh perias sejak tadi.
Sesampainya di kamar, ia melihat sudah ada 3 orang yang menunggunya sambil menata riasan dan gaun pengantin.
"Silahkan, nona. Duduk di sini," ujar salah satu seorang perias mengarahkan dirinya duduk di meja riasnya.
"Baik, saya mulai, nona!" lalu sang perias memulai.
"Jangan menor-menor!" peringatnya.
Sang perias tersenyum simpul "Tentu, nona! Kulitmu sudah cantik tanpa make up, jadi tidak perlu merias yang tebal-tebal!".
Tiga puluh menit berlalu, Amora selesai menggunakan riasan tipisnya lalu ia berganti baju mengenakan pakaian adat Jawa berwarna hitam dari Jihan, calon ibu mertuanya. Ia sedikit terkejut ketika ukuran gaunnya cukup pas di tubuhnya. Dan menyanggul rambutnya.
Tak lama, pintu kamarnya terbuka menampilkan Meila dan Naura. "Aaaaa! Cantik banget," puji Meila membuat Amora tersenyum lebar mendengarnya.
Naura menatap Amora dengan tatapan penuh tanda tanya. Amora menyadari itu, sepertinya ini saatnya ia jujur kepada kedua temannya.
"Gue nggak sengaja melakukan itu sama Javier," Amora menundukkan kepala. Ia tidak berani melihat ekpresi kedua temannya "Waktu itu kita sama-sama nggak sadar... Gue di culik sama anak Dhevos terus dikasih obat perangsang. Javier juga gitu, dia dikasih obat perangsang dan kita ngelakuin itu di kamar club," jelas Amora.
"Kok bisa Javier bisa satu kamar sama kamu?" tanya Meila hati-hati setelah mendengar penjelasan Amora.
"Gue nggak tahu, setelah kejadian itu gue nggak ketemu Javier secara empat mata... Gue masih takut," Amora meremas gaunnya hingga lecek.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAVIER
Teen FictionTentang pertemanan Javier dan Amora sedari kecil hingga beranjak dewasa menjadi musuh seperti tom & jerry. Mereka itu saling menyukai, tapi masih terasa abu-abu dalam diri mereka. Hingga sebuah insiden selamam yang membuat takdir mempersatukan merek...