BAB 12

4.3K 147 0
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Selama perjalanan keduanya hanya diam. Javier dengan pikirannya sendiri dan Amora yang tengah berusaha menahan tangisnya. "Sorry. Gue selalu ngrepotin lo," ujar Amora mengawali pembicaraan. Namun, tidak ada balasan sampai Javier memarkirkan motornya di basement apartemennya.

"Ini apartemen siapa?" Amora menatap bangunan yang terasa asing baginya.

"Gue."

Ia menuntun Amora menuju kamarnya untuk istirahat "Tidur."

"Makasih... Lo nggak jijik kan sama gue?" ia tersenyum miris menatap jendela yang tengah menampilkan bulan yang dikelilingi banyak bintang. Isak tangis yang berusaha ia tahan keluar kembali. Ia menjadi teringat mamanya, pasti mamanya sangat sedih dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

Ucapan Amora barusan membuat dirinya merasa bersalah kembali. Ini salahnya, seharusnya Amora tidak masuk kedalam masalahnya. Ia lalai untuk yang kedua kalinya. "Gue udah kotor ya, Jav? Tubuh gue udah nggak suci lagi. Gue malu," Javier menatap Amora dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kalau mereka sebarin foto gue, gimana?" ia menutup tubuhnya ke dalam selimut tebal.

Foto? ia tidak tahu foto yang di maksud Amora. "Mereka foto tubuh gue... Hiks... Katanya mau disebarin di grupnya."

Javier mendekat tempat tidur lalu membawa tubuh Amora kedalam pelukannya, mengelus surai panjang hitam Amora "Biar gue urus, jangan khawatir," ujarnya, tangannya menyekat air mata Amora yang mengalir tanpa henti. Mengelus mata yang sudah membengkak.

"Gue masih takut," dia menangis tersendu-sendu didalam pelukan Javier, membiarkan baju milik Javier basah karenanya.

"Ada gue, Ra," tanpa Javier sadari, jantung Amora berdebar dengan ucapan Javier. Kata yang selalu membuat hati Amora merasa tenang dan meremang secara bersamaan.

"Hm," balas Amora yang berusaha menahan ke saltingannya.

"Tidur, ya?" ucap Javier halus tangan kanannya mengambil alih sebagai bantal dan tangan kirinya melingkar di perut Amora.

Deg  Amora terdiam kaku, tubuhnya tidak bisa di gerakkan bahkan sudah panas dingin.

Jantungnya berdebar tatkala tangan kiri Javier mengelus pelan perutnya "Tidur," suaranya memberat karena sudah mengantuk.

"I-iya," cicitnya membuat Javier tersenyum kecil lalu mencium puncuk kepala Amora.

★✰✯☆✩

Keduanya masih terlelap dalam keadaan seperti semalam. Ting! Ting! Ting! suara pesan masuk ponsel milik Javier berbunyi membuat keduanya terbangun. Amora mengerjabkan matanya menatap Javier yang tengah menatap dirinya balik.

Keduanya terdiam menikmati wajah di depannya. Amora menunduk malu saat Javier mengecup dahinya "Awas," bisik Amora.

"Kemana?" suara serak khas bangun tidur milik Javier mengintrupsi.

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang