Dengan perasaan resah dan gelisah, Dilla buru-buru menyusuri lorong mini market di basement gedung kantornya untuk mencari satu benda paling penting bagi para wanita di setiap bulannya. Ia mencari merek yang telah menjadi kenyamanannya bertahun-tahun dan mengambilnya dengan cepat setelah menemukannya di salah satu rak.
Langkahnya bergegas ke kasir untuk membayar, sebab waktu yang ia punya tidak panjang. Mendadak, tamu bulanan itu datang tanpa pemberitahuan, alirannya deras seperti banjir bandang di saat Dilla sedang memakai kulot berwarna putih tulang. Ia juga harus berlekas, karena kira-kira 10 menit lagi, ia harus memimpin meeting mingguan.
"Ini aja, mbak?" tanya perempuan berhijab yang berdiri di balik meja kasir saat Dilla meletakkan barang belanjaannya itu.
"Iya." Jawab Dilla.
"19,500 rupiah." Ucap kasir mini market itu setelah memindai pembalut tersebut di mesin kasir.
Dilla mengeluarkan kartu debitnya dari dompet dan memberikannya pada sang kasir cepat-cepat. Kakinya sudah bergerak-gerak gelisah, ingin segera berlari ke toilet secepat yang ia bisa.
Namun sepertinya memang keadaan senang sekali membuat Dilla susah.
"Maaf, mbak. Mesin EDC kita lagi error. Jadi cuma bisa bayar pakai cash aja." Kasir berhijab itu meringis tak enak sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Dilla melongo. Matanya mengedip beberapa kali, mulutnya setengah menganga dan pikirannya buntu, tak tahu harus apa.
"Maaf banget, ya, mbak. Mesinnya baru banget tadi errornya." Imbuh kasir itu saat menyadari Dilla terlihat seperti orang kebingungan.
"Aduh ..." Sungguh, Dilla semakin cemas. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sedangkan dahinya berkerut dalam, berusaha memutar otak. "Hm ... pakai QRIS bisa nggak, ya?"
"Nggak bisa, mbak." Jawab kasir itu dan langsung membuat Dilla semakin frustasi.
Dilla berdecak pelan, jari jemarinya mulai memijat dan mengusap dahinya saking ia kebingungan. Tidak mungkin ia membiarkan tamu bulanannya mengalir tanpa ada yang menahan. Kulot putihnya bisa berubah jadi bercorak dan bisa-bisa ia dikira sedang keguguran.
Di tengah kekalutan yang tak kunjung mendapatkan pemecahan, matanya yang bergerak kesana kemari tertumbuk kepada seorang lelaki yang sedang berjalan menuju kasir. Langkahnya perlahan berhenti saat matanya dan mata Dilla terkait.
Perasaan aneh itu kembali merambat. Tatapan mereka kembali terikat lekat dan seolah bergulat hebat, menciptakan debar yang semakin cepat hingga tubuh Dilla tiba-tiba terasa hangat.
Buru-buru Dilla mengalihkan pandangannya setelah menyadari bahwa ia baru saja menatap Abil dengan terlalu erat.
"Hai," Abil menyapa terlebih dahulu saat ia melihat Dilla melengos dengan canggung. "Kenapa? Ada masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Illicit Affair
RomanceTW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely *** Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasrat kemudian terpikat. Seny...