32 | We're Both Sorry

1.5K 192 46
                                    

⛔CW: 21+ for harsh words⛔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CW: 21+ for harsh words


***


Dilla menangis kejar melihat Abil yang babak belur. Ia menghampiri pria itu dan duduk di sebelah tubuh Abil yang masih meringkuk di lantai. Dilla meraihnya ke dalam rengkuhan, berusaha membantu pria itu duduk. Namun, seketika ia merasa tangannya ditarik, tubuhnya terseret hingga lengannya sakit.

"Radit!!!" jeritnya ketika tubuhnya diseret menjauh dari Abil. "Lepasin! Sakit!"

"Bisa-bisanya kamu peluk-peluk dia di depan aku, Dil?!" bentak Radit dengan emosi membara.

Dilla menarik kencang tangannya dari genggaman Radit untuk melepaskan diri. Ketika berhasil, Dilla hendak berdiri untuk kembali ke Abil, tapi ia kalah cepat dengan Radit yang masih dikuasai amarah.

Hanya dalam beberapa detik, sebelum Dilla sampai di tempat Abil, tubuhnya melayang dalam gendongan Radit.

"RADIT! LEPASIN!" Dilla yang disampirkan di bahu Radit bagai karung beras meronta sambil menangis kejar.

"Keterlaluan kamu, Dil!" seru Radit sambil membawa Dilla ke kamar.

"Radit! Lepasin aku, Dit! Kamu mau ngapain?!" jerit Dilla ketakutan dan panik dalam waktu bersamaan.

Tubuh Dilla dijatuhkan ke tempat tidur oleh Radit dan sebelum Dilla bisa bangkit untuk turun dari tempat tidur, Radit sudah keluar kamar dan mengunci pintu itu.

"RADIT!!! BUKAAA!!!" Dilla menggedor pintu sambil berteriak. Air matanya mengucur deras. Jantungnya berdegup dengan sangat brutal saking ia takut akan apa yang hendak Radit lakukan.

"Keluar lo dari sini!" suara Radit terdengar dari luar dan suara barang berjatuhan dapat Dilla dengar.

Suara pintu depan yang dibuka dan ditutup dengan cepat tertangkap telinga Dilla. Lalu suara kunci membuat Dilla semakin panik hingga ia kembali menjerit tak keruan sambil memukul pintu kamar.

"RADIIIT!!! KAMU MAU APA?! RADIIIIT!!! BUKAAAA!"

Radit meninggalkannya? Menguncinya di dalam kamar?

Ia bawa Abil kemana? Apa yang hendak Radit lakukan padanya?

Tangisan Dilla terhenti ketika telinganya mendengar suara langkah di luar.

"RADIT!!!" Ia kembali menggedor pintu itu sebelum akhirnya suara kunci terdengar dan pintu itu terbuka.

Radit menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca yang begitu memelas.

"Segitunya kamu, Dil, sama dia?" Radit melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. "Di depan aku, lho, Dil. Bisa kamu kayak gini. Gimana di belakang aku?"

"Dia hampir mati!!! Kamu ngarep apa? Aku biarin dia mati?!" seru Dilla sambil mendorong tubuh Radit.

Radit terkekeh getir. "Kamu ngarep apa? Aku bakal ajak dia ngomong baik-baik? Iya?"

The Illicit AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang