Mata Dilla sedikit menyipit untuk menyesuaikan dengan cahaya yang menusuk netranya. Ia membuka kedua matanya perlahan-lahan sebelum kemudian mengusapnya sambil beranjak duduk.
"Udah bangun?" tanya Abil yang duduk di sisinya sambil bersandar pada headboard tempat tidur.
Remote teve terlihat di tangannya, sedangkan satu tangan lainnya meraih kepala Dilla, mengusap dengan begitu lembut.
"Hm," Dilla bergumam sambil menggeser posisi. Ia menyandarkan tubuhnya di dada Abil, bergelung manja dalam rangkulan pria itu. "Jam berapa ini?"
"Delapan," jawab Abil seraya terus membelai rambut Dilla. "Masih sakit perutnya?"
"Sedikit," Dilla bergumam. "Makasih, ya, udah bikinin air hangat buat kompres perutnya tadi."
"Sama-sama." Abil mengecup puncak kepala Dilla lalu menyandarkan kepalanya di atas kepala Dilla.
Hari ini adalah hari menstruasi pertamanya. Sakit itu benar-benar luar biasa dan Dilla mendadak disfungsi saking tersiksanya. Di kala dirinya berguling-guling di atas kasur karena menahan sakit, Abil ternyata memasak air hangat dan menaruhnya di baskom kecil. Pria itu mengompres perut Dilla dengan begitu telaten menggunakan handuk kecil hingga akhirnya Dilla jatuh terlelap.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Dilla yang kini menyurukkan wajahnya di ceruk leher Abil. Kedua tangannya melingkari tubuh Abil, memeluk pria itu dengan manja.
"Lagi nonton aja." jawab Abil.
"Katanya ada kerjaan?"
"Iya. Tadi lagi kerja, eh, mati laptop aku. Chargernya kayaknya ketinggalan di kantor."
Dilla menengadah untuk menatap Abil. "Mau pakai laptop aku aja?"
"Boleh?" tanya Abil yang sedikit menunduk untuk membalas tatapan Dilla.
"Pakai aja," Dilla mengangguk. Lalu ia menunjuk meja kerja di kamarnya dengan gerak dagunya. "Ada di meja situ."
Abil mengecup bibir Dilla cepat. "Passwordnya apa?"
"MissAdiwinarya0808."
Raut wajah Abil berubah. Tatapnya yang daritadi terlihat begitu lembut mengarah ke Dilla, kini berubah dingin.
"Bucin amat." ucapnya datar.
"Radit yang bikin passwordnya." Dilla berusaha membela diri.
"Oh." Namun, Abil tetap tak mengubah ekspresinya.
Dilla berdecak pelan. "Kenapa langsung bete gitu mukanya?"
"Nggak." kilahnya, tapi gerak-geriknya yang kini melepaskan rangkulannya pada tubuh Dilla mengatakan hal sebaliknya.
Pria itu melepaskan diri, dan beranjak berdiri meninggalkan tempat tidur.
"Bil." panggil Dilla.
"Hm." jawab Abil yang berjalan menuju meja kerja Dilla dengan nada acuh tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Illicit Affair
RomanceTW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely *** Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasrat kemudian terpikat. Seny...