Dilla duduk di karpet kamarnya, menyandarkan punggungnya ke tempat tidur sementara fokusnya masih terus tertambat ke layar ponselnya. Sudah berulang kali ia mencoba menghubungi Radit, tapi nyatanya tidak juga ada jawaban.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan, dimana harusnya Radit sudah berada di kamar kosnya dan beristirahat. Namun entah bagaimana kenyataan di sana, Radit sepertinya terlalu sibuk sampai tak bisa menjawab pesannya dari siang.
Ardilla Rasya Dit
Ardilla Rasya km udh tidur, ya?
Sekali lagi Dilla mencoba peruntungannya, namun hingga 20 menit Dilla memelototi layar ponselnya, balasan Radit tidak kunjung datang juga. Pesan terakhir dari Radit tadi siang hanya sebatas menjawab pertanyaan Dilla yang menanyakan bagaimana pekerjaannya di sana, dan Radit hanya menjawab dengan singkat, "Hectic bgt, Yang🥺" sebelum ia kembali menghilang sampai sekarang.
Dilla menghembuskan napas panjang. Baru sebulan mereka berjauhan, dan apa yang Dilla takutkan sepertinya mulai kejadian.
Radit susah dihubungi karena terlalu sibuk sendiri.
Dirinya dan Radit tak pernah berhubungan jarak jauh selama 10 tahun ini. Bahkan dua tahun terakhir, mereka tinggal bersama di apartemen yang Dilla sewa tak jauh dari kantornya di daerah BSD city. Radit bilang, ia tak masalah jika harus tinggal jauh dari kantornya yang berlokasi di Sudirman, yang penting dia bisa melepas lelah dan rindu di akhir hari saat melihat Dilla. Sesibuk-sibuknya Radit saat mereka tinggal bersama, Dilla selalu bisa memeluk Radit saat malam. Begitu pun sebaliknya.
Semua itu sudah terasa cukup bagi mereka berdua.
Mata Dilla mulai berkabut. Kepalanya mulai kembali penuh. Pemikiran-pemikiran buruk bahwa Radit mulai jenuh membuat otaknya keruh. Apa mungkin itu alasan Radit memilih kerja di tempat jauh?
Dilla menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran tak sehat itu. Air mata yang baru saja lolos membasahi pipinya, cepat-cepat ia hapus.
Ardilla Rasya kangen Dit
Ardilla Rasya sepi bgt
Lalu ia menatap jam di dindingnya dan merasakan kekosongan yang menyesakkan.
Ia sudah duduk sendirian selama dua jam. Tanpa melakukan apa-apa. Hanya menunggu Radit menghubunginya.
Ia masih harus melalui detik demi detik yang terasa sangat lama hingga akhirnya nanti matahari kembali menyapa dan ia tak lagi bingung harus melakukan apa. Rasanya sepi dan kosong hingga Dilla hanya bisa memeluk kedua kakinya yang tertekuk dan membenamkan wajahnya di antara kedua lutut.
Detak jarum jam terdengar lantang. Dilla menghitungnya satu-satu di dalam hati, dan berharap ketika ia selesai, Radit sudah bersamanya lagi.
Pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Illicit Affair
RomansaTW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely *** Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasrat kemudian terpikat. Seny...