Author's note (1): ada scene yang aku nggak tampilin di WP karena menurut aku parah banget ajaaaah. Aku taruh di KK berbayar 3rb bareng sama chapter 35. Di sana aku nyalain penanda adult contentnya. Jadi kalau KaryaKarsa kalian nyalain filter adult content, most likely partnya nggak bakal muncul di KaryaKarsa kalian. Scenenya nggak terlalu penting, bisa jadi malah triggering. Jadi nggak baca juga nggak apa-apa.
***
"Apa?" Kedua alis Dilla mengerut dalam ketika mendengar penjelasan Ray dan Waka.
"Sorry, i know this might be really—"
"Wasting my time?" potong Dilla dengan sengit. "Yes. Jelas, kalau itu yang kalian maksud."
"Well, sometimes things don't work—"
"Well, sometimes we can say whether things didn't work or not when we worked on it, optimized it, and then evaluate it. It seems to me that we did the first one, but haven't got the chance to do the rest, and now you're saying we want to end it. Are you crazy or something?" cecar Dilla dengan penuh emosi yang tidak bisa dikendalikan.
"Nggak. Kita nggak akan deprecate blog lo di app. Kita cuma mau tawarin Adri and other stakeholders yang butuh inspirational content, untuk coba pake story feed kita."
"Instead of my blog," sambung Dilla. "Lo ada masalah apa, sih, sama gue? Lo jelas banget pengen blocking metrics gue."
"Hah?" Ray mengernyit dengan kepala tersentak ke belakang. "It's not about you. It's about our performance."
"Performance tai kucing!" Dilla kehilangan kesabaran dan akhirnya sukses membuat Waka dan Ray semakin terdiam. "Wak, lo suruh gue bikin ini blog pake deadline Roro Jonggrang! Belum ada, ya, traffic ke sana sama sekali karena lo nggak kasih gue entry point dimana-mana! Setiap ada opportunity, si penjilat kecil ini selalu cockblock—"
"Loh? Dil? Gue nggak—"
"Diem lo, anjing, kalau orang tua lagi ngomong!" hardik Dilla yang notabene 5 tahun di atasnya. "Lo yang minta, ya, Waka. Belum ada itu metrics dievaluasi sama sekali, sekarang lo udah ubah direction lagi. Gue tahu kita kerja di startup, direction berubah bisa setiap saat. Masalahnya ini bukan soal direction dari atas lagi yang tiba-tiba berubah mendadak. Masalahnya udah di elo, sebagai lead, nggak capable sama sekali buat bikin apa yang udah dikerjain tim lo supaya bisa match those direction biar nggak sia-sia."
Waka terdiam. Ia hanya menggaruk pelipisnya dengan wajah yang terlihat kaku dan tegang.
"Gaji lo kegedean, Wak, buat jadi lead. Lo, mah, tukang suruh doang. Babunya senior leadership. Apa yang mereka minta, lo telan bulat-bulat. Makan taik aja lo sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Illicit Affair
RomanceTW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely *** Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasrat kemudian terpikat. Seny...