MLRRJ

1K 126 14
                                    

Semilir angin malam menembus gelap nya langit yang tampak mendung mungkin sebentar lagi hujan deras akan turun mengguyur kota Seoul. Seorang gadis berdiri di balkon kamar fikiran nya tak tenang setelah apa yang di katakan oleh baby Rosie tadi.

Dia menatap langit dengan tatapan kosong, rasa takut kehilangan mulai menghantui perasaan nya, bagaimana jika itu terjadi? fikirnya, dia menggeleng pelan berusaha menepis segala kemungkinan yang terjadi.

"Tuhan, lindungi keluargaku" gumam nya memejamkan mata

Cetarrr

Gadis itu tersentak kaget saat bunyi petir menyambar hingga hujan deras turun begitu saja bersamaan dengan suara tangis bocah kecil yang terbangun karena bunyi petir yang kuat. Segera dia menutup pintu balkon kamar dan menghampiri anak nya.

"HUAAA MOMMY"

Dia naik keatas kasur menenangkan anak nya yang menangis."Ssttt,,, tenang sayang, Mommy disini" ujar nya menepuk pantat anak nya lembut

"Hiks~ nen Mom hiks~" Jennie membuka kancing baju piyama mengeluarkan aset nya menyusui si kecil dengan lahap nya mengemut niple sang Mommy.

Jennie mengusap punggung si kecil sesekali mencium pipi anak nya yang mulai kembali tertidur pulas.

Mommy janji akan melindungi mu Rosie, tak akan membiarkan orang itu membunuh mu, bahkan Mommy rela mengorbankan nyawa demi kamu dan Jisoo eonnie agar kalian selamat, batin Jennie.

Di Rumah Sakit

Jisoo tampak gelisah dan tak tenang, dia sudah mencoba untuk memejamkan mata agar tertidur namun tetap tak bisa. Melirik kearah Wendy, Seulgi dan Joy yang sudah tidur nyenyak, dia menghembuskan nafas samar beranjak dari kasur sambil memegang infus menuju jendela kamar rawat menarik kursi untuk duduk. 

Jisoo menatap hujan yang turun deras malam ini, dia menatap kilatan petir yang menyambar  seakan ingin menghanguskan gedung gedung, suara petir yang saling bersahutan. Jisoo membiarkan fikiran nya menerawang tak menentu, berlompatan antara kejadian masa lalu dan skenario masa depan, terutama dengan masalah yang mulai muncul dalam hari hari nya ke depan bersama saudara nya.

Rasa kehilangan masih begitu terasa saat orang tua dari sepupu nya meninggalkan mereka karena kecelakaan pesawat. Sampai sekarang belum juga di temukan bukti kuat penyebab utama kecelakaan pesawat itu terjadi.

Jisoo tak ingin kehilangan lagi, terutama kehilangan anak nya yang akan dibunuh oleh orang yang tak di kenal. Jika dia memilih biarkan dirinya yang terbunuh asalkan anak nya tetap hidup dan bersama dengan adik nya. Dia tak bisa membayangkan jika itu terjadi bagaimana dengan adik nya yang sangat menyayangi anak nya, yang memberikan asi pada putri nya mungkin adik nya bisa saja mengalami depresi berat berakhir dengan bunuh diri.

Jisoo bergidik ngeri membayangkan nya, dia menggeleng pelan berusaha menepis segala sesuatu yang akan terjadi. Dirinya masih di posisi yang sama, duduk di kursi menghadap jendela kamar rawat, ingatan nya kembali menerawang saat dirinya di perkosa, dia mengingat kembali wajah pria yang telah merenggut mahkotanya.

Wajah itu menyesal dan merasa bersalah bahkan pria itu berusaha untuk berbicara namun dirinya tak memberikan kesempatan karena merasa hancur dan sakit, dua kali dia bertemu pria itu saat kehamilan nya yang ke enam bulan , pria itu datang untuk meminta maaf mata yang menyorotkan rasa bersalah dan menyesal namun dia kembali menghindar takut jika bayi nya di bunuh. Memori itu memenuhi fikiran Jisoo membuat kepala nya merasakan sakit luar biasa, sungguh saat ini Jisoo butuh ketenangan dan menghilangkan memori masalalu yang tragis dan menyakitkan.

"Sshh,," ringis nya memegang kepala

Dia memejamkan mata sejenak agar rasa sakit itu hilang, perlahan lahan sakit nya mulai hilang, Jisoo membuka mata menatap lurus dengan helaan nafas kasar.

"Eonnie, kenapa belum tidur?" Jisoo tersentak kaget mendengar suara adik nya

"Eoh,, Joy kenapa kamu bangun?" Jisoo bertanya balik menatap adik nya yang duduk di kasur

"Aku terbangun eon, ingin minum" jawabnya. "Eonnie kenapa belum tidur?" Joy turun dari ranjang mengambil minum setelah meneguk nya habis dia melirik Jisoo yang masih diam menatap langit dengan hujan deras.

"Aku tak bisa tidur Joy, perasaan ku tak tenang dan selalu gelisah, aku.." jeda Jisoo menunduk

"Aku takut terjadi sesuatu terhadap anak ku, Joy, a..aku tak mau putri ku di bunuh" lanjut nya menangis

Joy tampak termenung mendengar perkataan eonnie nya, dia terdiam lamun memikirkan masalah yang terjadi. Joy beranjak dari berdiri nya menghampiri Jisoo yang duduk di kursi mengusap punggung Jisoo agar tenang.

"Eonnie, Rose akan bersama kita, dia tak akan pergi kemana mana, aku berjanji akan melindungi kalian dari orang jahat" tutur Joy lembut

"Kita semua akan menjaga dan melindungi Rose, tak akan ada yang boleh menyentuh si kecil walaupun pria brengsek itu" tekan Joy

Jisoo hanya mengangguk pelan sambil terdiam menatap langit, air mata mengalir membasahi pipi nya, Joy mengusap lembut pipi eonnie nya sambil tersenyum walau hatinya begitu sakit melihat eonnie nya yang tampak murung dan banyak fikiran.

"Ayo tidur eonnie, besok kan sudah pulang kerumah" Joy menuntun Jisoo yang berdiri lalu berjalan menuju kasur nya

Dia merebahkan diri sambil menatap langit langit kamar rawat, Joy masih disamping nya, mengelus tangan sang eonnie.

"Joyi, tidur lah di samping ku" suruh Jisoo menggeser posisi nya

Joy mengangguk mulai naik keatas kasur setelah itu dia memeluk tubuh Jisoo erat, membenamkan wajah nya di ceruk leher Jisoo.

"Eonnie, jangan di pikirin lagi, sekarang eonnie harus tidur" suruh Joy

"Baiklah, selamat tidur Joyi, sweet dream" ucap Jisoo mengelus punggung adik nya

"Selamat tidur juga Jichu eonnie, Sweet dream too" balas Joy memeluk possesif.

Votement

See you 🌹👋

Bye

My Little Rosie R.J season 2 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang