Q | Jeno pamit.

507 41 0
                                    

[ 17 ]
(Typo bertebaran)

•••

"Mi."

"Iya, ko?"

Rosa berbalik melihat putra pertamanya yang datang dalam keadaan berantakan.

"Jesus christ!" Rosa terkejut, ia segera berlutu mensejajarkan tinggi badannya dan tinggi badan Jeno. "Koko kenapa?" Rosa mengusap pasir yang tertempel di pipi Jeno, ada juga pasir di rambut bocah berumur 5 tahun itu.

"Aku berantem sama Jashan."

"Kok bisa?" Rosa menggendong putranya dan membawanya duduk di sofa.

"Jashan mau ambil pengantin aku."

Rosa terkejut. "Maksud kamu pengantin boongan?"

Jeno menggeleng dengan keras. "Enggak, mi. Pengantin. Aku sama Karina main pengantin-pengantin, terus Jashan jadi pendeta."

"Terus?"

"Tapi Jashan malah mau jadi pengantinnya Karina, dia nyuruh aku jadi pendeta. Aku marah!" kata Jeno. "Jadi aku dorong Jashan." kemudian Jeno menunduk, tipikal bocah yang tahu kalau dia salah. "Apa aku salah, mi?"

"Jeno gak boleh dorong Jashan begitu, Jashan kan teman Jeno."

"Tapi Jashan juga dorong aku, terus kita guling-guling di pasir."

Rosa menghela nafas. "Jashan sama Karina sekarang dimana?"

"Sama papa."

Tak lama Jaka masuk ke dalam rumah dengan Karina dan Jashan berada di gendongannya. Di gendongan kanan ada Karina yang Rosa tebak baru saja selesai menangis, ditandai dengan hidung yang memerah dan matanya yang sembab. Lalu di gendongan kiri ada Jashan yang dirambutnya juga ada pasir dan lebam di pipinya.

Melihat lebam di pipi Jashan, Rosa terkejut dan menoleh oada Jeno. "Koko mukul Jashan?"

"Gak. Aku cuma dorong." kata Jeno.

"Terus kenapa muka Jashan-"

"Ini gapapa." potong Jaka. "Aku udah periksa." Jaka menurunkan Karina dan Jashan, mendudukkan dua bocah itu ke sofa bersama Jeno.

Jadi, Jeno di sebelah kiri, Karina di tengah dan Jashan di sebelah kanan. Sementara Rosa dan Jaka duduk melantai di depan bocah tersebut.

"Jashan sama Jeno masih belum mau baikan?" tanya Jaka ketika melihat Jeno dan Jashan sama-sama melihat ke arah lain dengan tangan bersedekap di dada.

"Bukannya Jashan sama Jeno udah janji teman selamanya?"

"Gak." Jeno menolah pada Rosa. "Jashan bukan teman aku lagi."

"Aku juga gak mau temanan sama kamu!" teriak Jashan pada Jeno.

Jeno menoleh pada Jashan. "Oke. Kita putus pertemanan." Jeno mengulurkan tangannya yang kedua ujung jari telunjuknya tersambung.

Diary Keluarga BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang