Waktu menunjukkan pukul 21.05 wib, begitu Alga sampai mengantarkan Nayla ke rumah, dan mendapati pintu rumah itu sudah tertutup rapat.
"Bunda!"
Nayla mengetuk pintu rumah sembari berseru pelan memanggil sang bunda. Tanpa harus mengulang dua kali, Nayla sudah mendapatkan jawaban dari dalam sana. Dan begitu pintu terbuka, yang Nayla dapati bukanlah sang bunda, melainkan sang ayah.
"Loh, kok cepat, Nay?" tanya Fadil, merasa kebingungan melihat kehadiran sang putri. Baru satu jam yang lalu Nayla berpamitan dengan Ketrin, tapi saat ini Nayla sudah kembali saja.
"Ini kenapa Alga yang ngantar kamu? Ketrin ke mana?" tanya Fadil lagi semakin kebingungan saja.
"Nayla nggak enak badan, Pak," sahut Alga menjawab pertanyaan Fadil, "tiba-tiba mual, pusing," ucapnya menambahkan - menjelaskan alasan ia membawa Nayla pulang.
"Kamu sakit, Nay?" tanya Fadil tampak khawatir, "masuk dulu, Nak," ucapnya membawa Nayla masuk. "Ayo, masuk, Nak Alga."
"Makasih, Pak," jawab Alga menolak dengan sopan, "saya pulang aja."
"Oh, ya udah, hati-hati, ya."
"Iya, Pak."
"Makasih, Mas Alga."
"Sama-sama, Nay," jawab Alga, "cepat sehat, ya."
Nayla mengangguk saja. Berjalan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Sedangkan sang Ayah menutup pintu bersamaan dengan Alga yang pergi meninggalkan rumah mereka.
***
Satu hari kemudian...
Tepat pukul 07.15 wib, Nayla sudah sampai ke kantor. Ada beberapa orang juga yang sudah lebih dulu berada di sana. Bahkan Ketrin menjadi salah satu diantara mereka. Nayla duduk menghadap meja kerja — yang dalam satu ruangan ada beberapa orang di dalamnya.
"Nay," tegur Ketrin begitu menyadari kehadiran Nayla, sedangkan wanita itu hanya menoleh saja untuk menatapnya.
"Kenapa lo ninggalin gue berdua sama si Ihsan, sih?" tanya Ketrin dengan nada merajuk, wajah cemberut, "tega bener lo."
"Berdua apaan, sih, Rin," sahut Nayla, "jelas-jelas di sana orangnya ramai, loh."
"Mereka nggak masuk penilaian, Nay," balas Ketrin, "sialnya lagi, gue harus nganterin dia pulang," gerutunya semakin kesal saja. "Lo ke mana, sih, sama Pak Alga?"
Nayla menghela nafas, kini memposisikan badannya untuk benar-benar menghadap Ketrin. Baru saja Nayla berniat menjelaskan, suara Alga membuat Nayla seketika terdiam.
"Gimana keadaan kamu, Nay?"
Nayla spontan menoleh untuk melihat Alga yang saat ini berdiri di depan pintu. Begitu pun dengan Ketrin. Sejenak ia menatap Alga, lalu menatap Nayla dengan kening berkerut.
"Udah baikan, Pak," jawab Nayla, "makasih."
Ketrin yang merasa penasaran pun mendekatkan diri, menatap Nayla tampak penasaran.
"Kamu kenapa, Nay?" tanya Ketrin berbisik.
Nayla menoleh sejenak pada Ketrin. Ketika ia berniat untuk menjawab, Alga kembali menghentikan.
"Sekali lagi jangan begitu, Rin," ucap Alga.
Ketrin yang sama sekali tidak mengerti kemana arah pembicaraan Alga, hanya mampu terdiam menatap pria itu tercengang.
"Jangan memaksakan kehendak kamu pada orang lain, terutama Nayla," tambah Alga yang semakin membuat Ketrin kebingungan saja, "kalau kamu mau, kamu lakuin sendiri aja. Jangan menyusahkan orang lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA PENANTIAN.
De TodoNayla Amira, gadis berusia 27 tahun. Tiga tahun hidupnya, ia habiskan hanya untuk menantikan kepulangan sang kekasih. Sampai ia tidak menyadari telah tenggelam dalam sebuah harapan dan mengabaikan kehidupannya. __________ Alga Wijaya, pria berusia...