Bab 7 • Salah Paham & Tukang Urut

4.3K 318 20
                                    

•Happy Reading•

*****

"Kalo tadi lo gak halang-halangin Naga bareng sama Nala, pasti Nala gak akan ketabrak!" bentak Yugi.

"Kalian salah paham!" Kirana melirik Suzan, "Lo salah ngomong, bukan ketabrak tapi keserempet!" jelas Kirana.

"Makanya, kalo ngomong yang bener!" Erza ikut campur.

"Lo jangan ikut campur!! Emang cewek gue salah ngomong, tapi lo gak ada berhak buat nyolot gitu!" Panji tak terima, memang Suzan salah tapi tidak harus sampai segitunya juga. "Terus lo Kiran. Kalo lo tau Nala keserempet bukan ketabrak kenapa gak ngomong dari tadi!"

"Makanya kalo nyari cewek yang pinter dikit, Yang bisa ngomong bener." celetuk Erza.

Jelas Panji selaku pacarnya tidak terima Suzan di ledek seperti itu, "Anjing!" Panji mendorong bahu Erza.

Perkelahian antara Panji dan Erza membuat seisi gor ricuh. Suzan, Kirana dan Hera juga tidak tinggal diam. Terlebih lagi Suzan dan Kirana yang menyuruh keduanya berhenti berkelahi. Yugi yang ingin memisahkan pun terhempas kebelakang.

Untung saja perkelahian itu tidak berlangsung lama karena ada Pak Hendra yang memisahkan mereka.

"Hm, rasain!" Pak Hendra menjewer telinga Panji dan Erza.

Ujung mata Erza lebam dan bibirnya mengeluhkan darah. Sedangkan Panji lebam di bagian ujung bibirnya.

"Kalian salah masuk ekskul! Harusnya kalian masuk ekskul bela diri kalau mau berantem!" ujar Pak Hendra tegas. "Kalian ini satu ekskul, harusnya akur, rukun. Dan bentar lagi kalian mau ikut lomba. Di mana kekompakan kalian?"

"Terlebih kamu Panji, kamu itu wakil ketuanya, harus kasih contoh yang baik."

Erza yang mendengar itu tersenyum puas.

"Dan seharusnya Naga sebagai ketua bulu tangkis memisahkan kalian." ujar pak Hendra melihat sekitar, "Dimana Naga?"

*****

Saat tiba di rumah Nala, ada motor yang terparkir. Motornya tidak asing, sepertinya Naga tau. Tak punya waktu untuk memikirkan itu, Naga langsung turun dan berdiri didepan pintu berwarna putih. Sebelum mengetuk pintu Naga merapikan dulu pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan.

Tok tok tok

Pintu terbuka dan menampilkannya Rinda, "Nak Naga."

Naga mencium punggung tangan Rinda, "Assalamualaikum, bunda."

"Waalaikumussalam,"

Naga celingak-celinguk mencari keberadaan Nala ke dalam. Rinda pun mengikuti arah pandangan Naga. Rinda yang peka langsung mengajak Naga masuk, "Yuk masuk."

Rinda bisa melihat Naga yang sangat khawatir.

Saat masuk Naga melihat ada figura besar terpajang yang berisikan foto tiga orang. Rinda dan disampingnya ada laki-laki yang pastinya itu suaminya. Dan satu anak kecil di dalam pangkuan laki-laki itu.

Saat tiba di ruang tamu, kotak P3K sudah ada di meja. Naga melihat wajah yang tak asing lagi. Orang itu seperti sedang bersimpuh di depan Nala. Padahal dia cuma sedang mengobati lutut Nala yang luka.

Rinda mempersilahkan Naga untuk duduk, "Duduk di sana sama Nala, bunda mau bikin minum buat kalian."

"Iya bunda," angguk Naga.

Naga tidak langsung duduk. Ia langsung mengambil alih dan mengobati luka yang ada di lutut Nala. Otomatis orang itu terjatuh kesamping.

Orang itu tersenyum miring, "Oh jadi lo pacarnya," alibinya.

HAI NALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang