•Happy Reading•
*****
Pagi-pagi sekali Nala sudah tiba di sekolah. Mengingat kemarin dia sudah berjanji akan menanyakan kepada ibu pemilik kantin, apakah bisa menitip makanan untuk dijual atau tidak.
Nala masuk kedalam kelas. Masih sepi, hanya ada beberapa orang saja yang sedang piket. Dia meletakan tas ransel di kursinya.
Saat masuk ke kelas barunya, jumlah muridnya genap, semua duduk berpasangan-pasangan. Nala bersyukur karena bisa duduk sendiri. Apalagi letak bangkunya yang mendukung. Letaknya di belakang paling ujung.
Sepanjang menyusuri koridor sekolah menuju kantin, tidak tau kenapa Nala sangat suka melihat piala-piala yang dipajang rapih dengan jumlah yang sangat banyak. Menambah kesan, seperti layaknya sekolah unggulan dan sekolah yang banyak prestasi menurutnya. Tentu saja Nala sangat kagum melihatnya.
Nala menghela nafas lega, kantin masih sepi. Tak salah dia datang pagi-pagi ke sekolah. Terlihat ibu kantin sedang menata barang barang yang akan dijualnya. Nala langsung menghampiri, "Assalamualaikum," ucapnya tersenyum.
Ibu kantin itu membalas senyuman Nala dengan ramah, "Waalaikumussalam."
"Mau beli apa?" tanyanya.
"A-ahh enggak bu, m-m.. saya mau nanya. Di sini boleh nitip makanan buat dijual?"
"Boleh."
Senyumnya melebar, "Beneran boleh Bu?"
"Iya. Sekarang bawa makanannya?"
"Sekarang enggak, paling besok bawanya. Nala mau tanya dulu hari ini sama ibu, takutnya gak bisa nitip."
Ibu kantin tertawa pelan, "Enggak, yang nitip sama ibu juga ada ko, jadi bukan kamu aja."
"Besok Nala bawa ya, kalo gitu Nala permisi ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
*****
Naga sudah berada di depan rumah Nala. Dia melihat jam berwarna hitam yang dipakai dipergelangan tangan kirinya. Sekarang, menunjukkan pukul 06.47.
Jarum jam terus bergerak dan sekarang sudah berganti jadi pukul 07.15, tetapi tidak ada tanda-tanda Nala keluar dari rumahnya. Tapi Naga masih setia menunggu. Sampai akhirnya dia melihat mobil yang datang dari arah berlawanan. Mobilnya sangat persis seperti mobil yang kemarin di pakai mengantar jemput Nala.
Benar saja, Pak Jani keluar dari mobil menghampiri Naga dan berbarengan dengan seseorang yang keluar dari dalam rumah.
"Eh ini siapa?"
Pak Jani yang tau pun memberi tau, "Ini temennya neng Nala, Bu." Rinda mengangguk sambil tersenyum ke arah Naga.
"Hallo, tante." sapa Naga.
"Kamu temennya Nala?" tanya Rinda.
Naga menggeleng cepat, "Bukan."
"Terus siapanya dong."
"Calon pacarnya, tante." dengan tidak tau malunya Naga berbicara langsung seperti itu. "Aamiin-in tante."
"Aamiin." balas Rinda tertawa.
Tanpa basa-basi lagi Naga langsung menanyakan keberadaan Nala, "Nala belum berangkat tante?"
"Oh kamu nunggu Nala. Dia udah berangkat pagi-pagi banget."
"Berarti telat ya jemputnya."
"Kamu cuma telat jemput doang, tapi kalo mau jadi calon mantu belum telat ko."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI NALA
Fiksi RemajaKetua ekskul yang hobi gombal dan manja memang ada? Jika biasanya siswa yang menjabat sebagai ketua ekskul itu sifatnya dingin dan cuek. Maka sebaliknya dengan ini. Naga Arjuna Lesmana. Ketua ekskul bulu tangkis yang hobi gombal, manja, cowok parfum...