Bab 13 • Menghindar

3.8K 284 24
                                    

Hari ini lebih santai dan tenang ketimbang kemarin. Kemarin Nala tidak sempat sarapan karena waktu yang sangat mepet. Tapi hari ini Rinda memasakan makanan kesukaan Nala yaitu cumi-cumi balado. Sebagai permintaan maaf kepada anaknya karena membuatnya terlambat ke sekolah.

"WHUA!" Nala terlonjak kaget.

Nala terkejut melihat Naga yang bersenderan bahu di tembok dekat pintu rumahnya. Naga pun yang mendengar Nala teriak ikut terkejut. Anehnya, kenapa Naga ada di depan rumahnya sedangkan gerbang belum dibuka.

"HAI NALA," sapa Naga setelahnya.

Nala tidak menyahut. Ia membalikkan tubuhnya ingin masuk lagi ke rumah, tapi naas kepala dan tubuhnya itu menubruk pintu yang ada di depannya.

"Awh..!" Nala memegangi dahinya.

"Ceroboh banget, mau kemana lagi sih?" tanya Naga khawatir.

"I-it-u.. ta-s aku ketinggalan," balasnya kelimpungan.

Aneh, apanya yang ketinggalan. Jelas-jelas tas ranselnya sudah terpakai di pundak Nala, "Tas lo udah di pake."

"Ayo berangkat bareng gue." ajak Naga.

Nala menggeleng cepat dan menolak ajakan Naga, "Enggak enggak! Eum, Nala berangkat bareng ayah."

"Kalo gue izin sama ayah lo buat berangkat bareng gimana?" tanyanya santai.

"Jangan! Pokonya Nala berangkat sama ayah," ucapnya buru-buru.

"Kamu berangkat duluan aja." Nala menyuruh Naga untuk berangkat duluan atau bahasa kasarnya mengusir tapi secara halus. Setelah berbicara seperti itu Nala langsung masuk kedalam rumah dan menutup pintunya.

Naga memasang wajah bingung. Perasaan malam tadi Nala baik-baik saja padanya. Apa ada yang salah dengan dirinya?

Seorang lelaki paruh baya yang beres memotong rumput halaman rumah mendekati Naga dan bertanya, "Gimana, jadi berangkat bareng sama Neng Nala?"

"Enggak pak." Naga menggeleng lesu.

"Mungkin Neng Nala lagi bad imut."

Naga yang mendengar Pak Jani salah mengucapkan kata 'bad mood' tertawa.

"Bad mood pak..," balas Naga memperjelas.

Pak Jani ikut tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri, "Ahahah iya itu maksud saya."

"Walaupun Neng Nala selalu nolak, Ibu Rinda tetep ngedukung kamu sama Neng Nala." bisik Pak Jani terkekeh.

Tak jarang Pak Jani suka mendengar majikannya membicarakan tentang Naga. Tentunya membicarakan hal-hal yang baik.

"Yaudah pak saya berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Naga berpamitan kepada Pak Jani. Ia berjalan menuju motor yang di taruh di luar gerbang rumah Nala.

"Makasih pak tadi udah di bukain gerbangnya," sambungnya. Saat tiba di rumah Nala tadi, Naga melihat ada Pak Jani yang sedang memotong rumput. Meminta tolong untuk membukakan gerbang agar bisa masuk, lalu gerbangnya di tutup kembali oleh Pak Jani.

HAI NALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang