Bagian 32

81 2 2
                                    

_"Gak semua hal yang kita anggap baik, akan selamanya baik di mata orang lain. Menasehati tak sama dengan memvalidasi, karena soal kelayakan hidup seseorang, bukan kita yang pantas memberi nilai"_

***

"Vin, Papa mau ngobrol penting sama kamu." ujar Herman-Papa Kevin cukup serius.

Saat ini mereka sedang berdiri menghadap pantai. Pantai dengan daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya, pasir putih yang menawan dengan pemandangan yang cukup eksotis. Memang pantai sarwana bukanlah merupakan satu-satunya pantai yang berada di desa itu. Namun, pantai ini menjadi satu-satunya tempat yang sering Kevin kunjungi selain taman bunga milik Humaira ketika Kevin merasa bosan berada di rumah. Banten memang terkenal sebagai daerah yang memiliki banyak objek wisata yang menarik terutama pantai yang indah.

"Tumben, biasanya juga gak seserius ini." jawab Kevin sedikit ketus, matanya menatap lurus kearah pantai.

"Papa baru dapat laporan kalau ternyata kamu punya saham dua puluh persen di perusahaannya om Erwin, benar begitu? Dan kamu malah gunain nama orang lain, maksud kamu apa, Vin, kenapa menyembunyikan semua itu dari Papa?"

Kevin tersenyum, "akhirnya setelah sekian lama aku menutupi ini, kebongkar juga."

Kevin melihat sang Papa dengan tatapan biasa, tak sama sekali terlihat kaget dengan apa yang barusan ia dengar karena ia sangat tahu, bahwa sepintar apapun ia menyembunyikannya dari sang Papa, suatu hari nanti, cepat atau lambat sang Papa pasti akan mengetahuinya. Untuk saat ini ia merasa bahwa kerjasamanya dengan sang Paman tak lagi bisa untuk dilanjutkan, pengkhianatan antar keluarga sudah dimulai. Pasti beliau yang membocorkan semuanya, karena takut jika pemilik saham terbesar akan membuatnya bangkrut dadakan.

"Memang tidak bisa diandalkan," batinya

Kevin memang berencana untuk memberitahukan identitas aslinya kepada pemegang saham, tapi ia belum menemukan waktu yang tepat, selain itu ia lebih senang menjadi pemain dibelakang layar, jikapun pada akhirnya harus terbongkar, Kevin tak akan menyembunyikan fakta bahwa ialah pemilik saham yang sesungguhnya, toh saham yang ia peroleh juga bukan hasil illegal, melainkan hasil kerja kerasnya, yang juga dibantu sang Paman saat awal perintisan perusahaannya yang bergerak pada bidang food and beverage.

"Kamu cukup mampu untuk bisa kabur dari tempat ini dengan akses kamu, gunain uang kamu tanpa fasilitas yang Papa berikan, bisnis yang kamu jalanin juga nggak main-main, sangat sukses, tapi kenapa kamu pura-pura seperti anak muda yang bergantung hidup pada ayahnya, berharap bisa menjadi pewaris perusahaan keluarga, padahal kamu udah punya segalanya, Papa gak habis pikir sama kamu, Vin, jadi selama ini kamu bohongin Papa, tinggal lama di Amerika Papa kira kamu masih belum move on dari Laura, ternyata kamu ngurusin bisnis kamu secara diam-diam."

"Sorry, Pa, maaf untuk itu, Kevin memang berniat untuk memberitahu semua pemilik saham ketika pertemuan di rapat pemilik saham, hanya saja Kevin belum nemuin waktu yang pas buat ngomong, lagian Kevin lebih suka asisten Kevin yang ngurusin semuanya, awal Kevin gak berniat buat masuk ke dunia bisnis, Papa yang minta Kevin kuliah jurusan itu, Manajemen Bisnis. Setelah Laura meninggal Kevin menyibukkan diri dengan banyak kegiatan, Kevin ikut sekolah kuliner cuma untuk mengisi keseharian, Papa sendiri tahu kalau dari dulu Kevin suka bantu bik Darmi masak dan bikin kue kan? Juru masak profesional itu yang Kevin mau."

Kevin mengambil jeda sejenak, lantas melanjutkan lagi perkataannya, "Jika sekarang Papa tanya kenapa Kevin seperti anak muda yang sangat berharap bisa menjadi pewaris perusahaan keluarga, itu karena impian Papa sejak lama, Papa yang dari dulu udah sering ngomong bahwa Papa mau ada yang ngurus perusahaan Papa, itu sebabnya Kevin nggak gunain nama Kevin dan lebih memilih untuk ikut Papa pulang ke Indonesia, Papa bilang kita punya proyek terbaru, tapi nyatanya Kevin dititip di tempat ini buat belajar agama, kalau soal kenapa Kevin gak lari dari tempat ini gunain uang Kevin, padahal Kevin bisa aja minta Asisten Kevin buat kirimin uang dan beli tiket pesawat dan pulang ke Amrik. Masalahnya bukan hanya itu, tapi Papa pasti bakalan marah besar, dan Kevin gak mau kita ribut seperti kemarin hanya karena hal sepele, terkadang apa yang menurut Papa baik belum tentu baik buat Kevin, dan apa yang menurut Kevin benar bisa saja salah dimata Papa."

Assalamu'alaikum Cinta (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang