Bagian 27

95 4 2
                                    

"Memang benar, tak mudah mengubah kebiasaan, tak mudah meninggalkan hal yang membuat kita nyaman, tapi mau sampai kapan? Mau sampai kapan berada dalam jurang kebinasaan? Tanpa arah maupun tujuan."

Assalamu'alaikum Cinta
Karya : Siti Maimunah

***

Terdengar sayup-sayup bacaan al-qur'an dari musala, menandakan sebentar lagi akan memasuki waktu salat ashar. Lingkungan hidup yang berubah drastis membuat Kevin terbiasa dengan suasana di pondok tahfiz, matanya mengernyit seketika, Kevin terbangun dari tidur siangnya, ia mengucek mata dengan kedua tangannya. Rasanya baru sejenak ia memejamkan mata, dan sekarang harus kembali melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Ia bergegas meninggalkan tempat tidur, dan berniat untuk mencuci muka terlebih dahulu. Kemudian berganti pakaian. Pakaian yang sama saat ia melaksanakan salat jumat. Setelah merasa rapi dengan peci hitam yang melekat di kepala, Kevin pun segera berangkat ke musala. Biasanya setelah kurang lebih sepuluh menit audio murottal di putarkan. Fikri akan mengumandangkan azan. Sebagai tanda seruan untuk semua umat Islam memenuhi kewajiban. Salat fardu, setiap lima kali dalam sehari.

Kevin menutup pintu rumah, tak lupa juga untuk menguncinya. Niatnya yang ingin segera ke musala pun tertahan seketika, saat pupil matanya menangkap sosok wanita yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Mau berapa kali pun Kevin mengamatinya. Wanita itu memang sangat mirip dengan teman kecil sekaligus wanita yang sangat ia cintai. Sulit menemukan perbedaan dia antara keduanya, hanya sifat dan sikap saja yang begitu berbeda. Semua itu Kevin anggap wajar karena memang ia dan Humaira tidak memiliki hubungan khusus seperti dirinya dan Laura.

Kevin tersadar saat seorang wanita berkerudung coklat mocca motif bunga-bunga kecil di tengahnya memanggil Humaira. Mereka tampak bercakap sembari berjalan bersama. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas, Humaira sempat terlihat sejenak menghentikan langkahnya, dan menatap wanita yang ada di sisi kirinya.

Suara azan terdengar nyaring, Kevin segera melebarkan langkah kakinya menuju ke arah musala. Humaira dan teman wanitanya juga sudah tak lagi berada di sana. Sesampainya di musala, Kevin langsung berwudhu seperti biasa. Musala sudah diisi warga pondok dan warga sekitar pondok, tempat ibadah yang tidak terlalu mewah bahkan megah, pun tidak terlalu besar itu selalu dipenuhi para jamaah. Tidak pernah sepi.

Meskipun Kevin masih merasa sedikit jengkel kepada Fikri. Ia tetap berdiri di shaf pertama, tepat disisi sebelah kanan Fikri. Hanya sikap Kevin saja yang sedikit berbeda, ia tak ingin tersenyum bahkan menyapa Fikri seperti biasanya. Tak lama, Taufik sebagai imam pun meminta para jamaah untuk merapikan shaf, dan salat ashar pun dilaksanakan. Usai melaksanakan salat, beberapa jamaah masih menetap di musala, dan sebagian yang lain memilih untuk pulang ke rumah.

Kevin yang merasa telah melaksanakan kewajibannya sebagai ummat yang beragama islam itu pun melakukan hal yang sama, berniat meninggalkan musala dan pulang ke rumahnya. Sebulan berada di tempat itu aktivitasnya memang begitu monoton, sama sekali tidak menarik, bagaikan burung di dalam sangkar. Itulah yang Kevin rasakan. Sangat membosankan.

"Vin, ente masih marah sama ane?" tanya Fikri kepada Kevin yang kini masih duduk di sampingnya, dan berhasil membuat Kevin mengurungkan niatnya untuk segera pulang ke rumahnya.

"Menurut, lo?" balas Kevin dingin tanpa menoleh ke arah Fikri. Kevin mengeratkan jari jemarinya. Ia duduk dengan kaki terlipat bersilangan di depan.  Matanya tertuju ke arah mimbar.

Fikri menghela napas pelan, "Ane minta maaf, Vin. Ane nggak ngabarin ente lebih awal, ane kira ente bakalan mau, nggak masalah kalau ente nggak mau, biar ane yang gantiin," ucap Fikri tulus, ia menyesal telah membuat keputusan tanpa bertanya pendapat Kevin terlebih dahulu.

Assalamu'alaikum Cinta (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang