Bagian 19

178 18 17
                                    

"Berprasangka buruk itu jika benar kamu tidak akan mendapatkan apa-apa, dan jika salah akan berujung dosa"

🍃🍃🍃

Cairo, 19 April 2021

Hari ini langit mesir tidak begitu cerah seperti biasanya, akibat hujan yang menguyur sejak subuh tadi. Masih melanjutkan aktivitas, menyelesaikan tugas akhir program yang masih tertunda. Muhammad Imam Syafawi lelaki berusia 27 tahun itu, seperti sedang disibukkan dengan semua tumpukan buku di atas mejanya, meskipun demikian ingatan akan kejadian lima bulan yang lalu selalu saja menghantui pikirannya, kejadian yang membuat semua orang menyangka bahwa ia telah menikah.

Sejenak menghentikan aktivitas mengetik, ia lantas melihat kearah luar jendela, rintik hujan masih membekas di jendela kaca kamar apartemennya, sebuah apartemen berukuran kecil yang ia sewa saat berada di kota ini. Sekelibat ingatan akan kejadian itu pun muncul seketika.

Berjalan menelusuri gang kecil untuk pulang ke apartemen sewaannya, sudah menjadi rutinitas yang selalu Imam lakukan usai berkunjung ke perpustakaan milik Universitas Al-Azhar. Gang sempit yang merupakan salah satu jalan terdekat menuju apartemennya itu memang terlihat sangat sepi, apalagi jika pukul 5 sore. Dengan ransel hitam yang dia sandang pada pundak sebelah kiri, Imam berjalan sembari melafaskan dzikir.

"Tolong!"

Kata itu terdengar samar di pendengarannya, tak ingin ambil pusing Imam pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke apartemennya.

"Tolong! Tolong! Aku mohon tolong aku!"

Kata itu kembali terdengar, kali ini cukup keras, membuat Imam tersentak kaget dan menghentikan langkahnya.

"Ya Allah, siapa itu? Aku harus membantunya."

Imam menoleh ke segala sisi dan mulai mencari Sembari berlari menelusuri semua sudut jalanan. Apapun yang terjadi ia harus membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya, hanya itu yang ia pikirkan saat ini. Langkah kakinya pun terhenti saat matanya menangkap sosok wanita dewasa yang sedang berlari ketakutan kearahnya.

Bruk...

"Astaghfirullah, Mbak ada apa?" Tanyanya ketika tubuh wanita itu menabraknya, wanita itu sangat ketakutan sembari memohon agar Imam membantunya.

"Tolong aku, Tuan. Tolong selamatkan aku!" Pintanya dengan nada tersekat, napas yang tak lagi beraturan sembari terus menoleh kebelakang. Imam bergeming seketika, Wanita itu dipenuhi memar dan lebam di wajahnya.

"Mau lari kemana kamu? dasar wanita tidak berguna." Ujar seorang lelaki yang kini sedang berlari menghampiri Iman dan wanita itu.

"Mau mati kamu!" Ucapnya penuh emosi

"Astaghfirullahal'azim, maaf bukan saya mau ikut campur urusan kalian berdua, mati dan hidupnya seseorang hanya Allah yang menentukannya, Tuan."

"Nggak usah ikut campur, Mau cari mati juga kamu? Serahkan wanita tidak berguna itu denganku!"

"Tidak...aku tidak mau!" tolak wanita itu yang kini tengah bersembunyi dibalik tubuh Imam.

"Dasar wanita..."geram lelaki itu yang lantas berjalan mendekati sang wanita, menarik kasar pergelangan tangannya.

"Tuan, maaf. Tidak baik berbuat kasar kepada wanita. Bagaimana jika selesaikan semua ini dengan cara baik-baik."

"Sudah aku katakan, jangan ikut campur," Sarkasnya sembari terus menarik paksa, "Ikut aku, kamu harus membayar semuanya. Wanita tidak tahu untung."

Assalamu'alaikum Cinta (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang