Bagian 23

94 7 2
                                    

"Kesabaran itu ada dua macam, sabar atas sesuatu yang tidak kau inginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau inginkan."
(Ali Bin Abi Thalib)

Assalamu'alaikum Cinta
Karya Siti Maimunah

***

Koper berwarna cokelat tergeletak di lantai- sangat aesthetic dengan satu ransel hitam disampingnya. Sama-sama dengan kondisi yang cukup memprihatinkan, terbaring di marmer putih keabu-abuan. Sang pemilik terlihat sangat kesal ketika mengetahui buku tabungan, Automatic teller machine bahkan kartu kesayangannya-Amex blackcard, tak lagi bisa ia gunakan, sama sekali tak berfungsi. Jangankan untuk menarik uang tunai, membeli tiket pesawat via online saja tak mampu ia lakukan. Rencana untuk melarikan diri bersama sang supir pribadi pun berakhir sia-sia.

Beberapa jam yang lalu, usai ngobrol bersama sang papa via telepon, Kevin pun memikirkan ide agar ia bisa secepatnya keluar dari pondok itu, saking inginnya ia menyudahi kehidupan yang cukup menyiksa dirinya itu. Kevin pun bergegas memeriksa semua barang bawaannya sebelum ia datang ke desa ini. Sesuai dugaan. Ternyata ia cukup teliti. Passport, ATM, dan juga kartu berwarna hitam yang tak semua orang mampu memilikinya itu juga terselip dengan rapi di dalam dompetnya. Kevin tersenyum senang, kemana saja ia selama satu bulan ini. Menjadi anak yang penurut? Tanpa mau bertindak lebih lanjut, sungguh sangat buang-buang waktu.

Langkah pertama yang harus Kevin lakukan adalah merapikan semua barang-barang miliknya dan latas kabur ke Amerika lewat pak Dika, supir pribadi sang papa yang akan mengunjunginya hari ini.

Kevin tak peduli dengan semua konsekuensi yang akan ia tanggung nantinya. Toh, ia juga sudah punya banyak tabungan, sangat cukup untuk memulai bisnis sendiri sebagai aset masa depan nanti. Kevin sama sekali tak membutuhkan bantuan serta uang sang papa lagi. Ia tak peduli dengan perusahaan itu. Yang jelas ia bisa bebas hari ini.

Dengan sangat antusias Kevin mem-packing semua barang miliknya kedalam tas ransel berwarna hitam dan juga koper sedang kecokelatan-tak ada yang ketinggalan. Semua sudah tersusun rapi. Langkah selanjutnya adalah membuka platform untuk membeli tiket pesawat secara online, kelas VIP merupakan pilihan paling tepat untuk dirinya. Namun, saat ingin melakukan proses pembayaran selalu gagal. Sudah berulang kali ia lakukan. Tetap saja sama. Kenapa dan mengapa? Tak mungkin jika uang di rekeningnya sudah habis. Terakhir ia cek masih ada sekitar 10 milyar dimasing-masing rekening miliknya. Selama di Jakarta ia juga tak pernah menghabiskan uangnya secara sia-sia. Selama credit card itu masih ada, kenapa tidak? Biarkan saja perusahan ditagih pembayaran yang sangat membludak. Toh kekayaaan sang papa juga bisa jika ingin membeli kota Amerika. Tidak akan ada habisnya. Kendatipun begitu seorang Herman Wiguna Pratama tak pernah mengakui kekayaannya selalu saja bergaya sederhana. Akibatnya, sampai sekarang tak banyak yang mengetahui bahwa Kevin Pratama adalah seorang tuan muda paling kaya sejagat raya.

Tapi tunggu, kali ini berbeda, semua rekening tabungan milik Kevin sudah tak lagi bisa ia gunakan. Meskipun dicoba berkali-kali masih saja gagal. Kevin pun semakin frustasi, apa mungkin sang papa memblokir semua tabungannya? Jika benar begitu, tentu saja ini akan menjadi kabar buruk bagi Kevin. Gagal melarikan diri, gagal membuka usaha, dan gagal pergi dari tempat yang ia anggap sebagai penjara. Oh, Tuhan, jika saja Kevin memiliki sayap pasti ia sudah dari dulu ia akan membebaskan dirinya dan terbang sejauh mungkin. Tapi masalahnya, Kevin hanyalah seorang manusia, terciptakan dengan fisik cukup sempurna bahkan sangat sempurna. Namun sifat berkeluh kesah itu masih saja ada. Tabiat yang sudah melekat pada diri manusia.

"Bisa-bisanya Papa, bikin gue kayak gini!" kesalnya sembari menendang koper dan juga ranselnya, membuat kedua benda itu berhamburan di lantai rumahnya.

Assalamu'alaikum Cinta (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang