민윤기 - 23

2.2K 280 67
                                    

Jangan lupa siapkan mental!

***

"Aku seperti tetesan ujan yang jatuh di lautan. Sebanyak apapun berusaha merubah asinnya air laut, aku akan tetap kalah dengan besarnya kekuatan laut itu sendiri."—Min Yoongi.

• • •

Musik romantis menggema dan terdengar hingga luar aula pernikahan. Tanganku gemetar. Entah karna mengeluarkan banyak darah atau karna hal lain. Tapi aku sama sekali tak peduli.

Ini begitu sederhana.

Aku hanya perlu masuk ke dalam. Menyelesaikan semuanya lalu pulang. Persetan dengan pihak keamanan yang mungkin saja akan memasukanku ke dalam penjara sungguhan.

Aku memasang masker dan menutup kepala dengan topi. Begitu akan masuk, dua penjaga keamanan menahanku.

"Kau siapa?" Salah satunya bertanya.

"Temannya Drew," sahutku tanpa keraguan.

"Tapi kenapa kau sangat berantakan? Kenapa tanganmu bisa terluka?"

Aku berdecak kesal. "Aku terjatuh ketika berjalan tergesa-gesa untuk kemari." Aku menjawab agak kasar. "Biarkan aku masuk!"

"Tunjukan bukti bahwa kau temannya," mereka memaksa.

Tanpa pikir panjang kuturunkan masker. Kedua penjaga tampak kaget. Tentu mereka mengenaliku.

Keduanya saling bertukar pandangan. Didetik berikutnya mereka mempersilahkanku masuk. Membuatku menyeringai tipis.

• • •

Di tengah keramaian pesta, aku berdiri disudut ruangan. Memegang erat pistol yang kuselipkan pada kantong depan Hoodie. Tanganku bergetar hebat.

Hana.

Gadisku.

Dia tengah berdiri di atas altar pernikahan. Berdansa mesra bersama Drew. Satu hal yang kutahu, pernikahan telah usai. Dia telah resmi menjadi istri orang lain. Membawa dan menghancurkan semua impianku dulu.

Dari kejauhan, kupandangi cincin yang melingkari jari manisnya. Aku tersenyum kecut dibalik masker. Menelan ludah—menguatkan hati untuk tidak menangis seperti bajingan pengecut.

"Kiss her!" Seseorang berteriak. Aku mengangkat kepala yang tertunduk. Satu persatu tamu undangan menyerukan hal yang sama.

Pandanganku beralih pada beberapa member Bangtan yang hadir. Mereka bersorak serupa, kecuali Jungkookie. Siapa yang tahu semuanya selain anak malang itu?

"Can i do?" Begitu Drew memecahkan keheningan. Aku memalingkan wajah tak percaya.

Lebih tak percaya lagi ketika aku melihat Hana mengangguk dengan senyum di bibirnya.

Mataku memerah. Perih. Aku menjadi kalap.

Kakiku melangkah maju. Menerobos barisan tamu undangan.

"Hyung!" Aku mendengar suara Jungkook di tengah-tengah keriuhan. Tapi aku tak memperdulikannya. Langkahku justru semakin cepat.

Begitu menaiki altar pernikahan, Hana melihatku. Wajahnya membeku. Seakan banyak hal yang begitu membebani jiwanya.

Beberapa staf keamanan melangkah maju—berniat menangkapku. Tapi dengan sombongnya, Drew mengangkat tangan dan mengisyaratkan mereka untuk tidak mendekat.

Aku menarik tangan Hana. Kuraih pistol dan menodongkannya ke arah Drew. Semua tamu undangan berteriak histeris. Staf keaman nampak kehilangan kesabaran. Mereka mendekat ke arahku.

"Maju satu langkah lagi, akan kutarik pelatuknya." Aku mengancam.

"Hyung! Jangan!" Suara Jungkook tampak begitu ketakutan dari arah belakang. "Kumohon jangan!"

Tapi sekali lagi, aku tak peduli.

"Kau akan menyesali ini suatu hari nanti." Drew bersuara. Tampak begitu sombong.

Aku menampilkan smirk. "Akan lebih menyesal lagi jika aku tak melakukannya hari ini," balasku.

Aku berbalik untuk menatap Hana. Dia tengah diam membisu—menatap genggaman tanganku padanya. Semakin erat aku menggenggam tangannya, semakin darah segar keluar dari sana, ikut membasahi tangan Hana dengan darahku.

Perlahan kepalanya terangkat. Memandangku cukup lama. "Bae?" Panggilnya dengan lirih.

Dadaku bergetar hebat. Nafasku menjadi tenang. Kuturunkan senjata dan mengahadapnya. Kupandangi dia dalam-dalam. Berusaha mencari kebohongan dari kedua maniknya. Tapi sialnya, aku tak bisa menemukan apapun.

"Please back to me, Hana." Aku membelai pipinya. Air mata membasahi kedua maniknya. Membuatku semakin tak tahan.

Kupeluk dia begitu erat. Mencium keningnya begitu lama.

Kupikir semua akan baik-baik saja. Hana akan kembali menjadi milikku. Nyatanya, semua itu hanyalah khayalan dalam kenyataan.

Impianku hancur tak tertolong ketika dengan mutlaknya Hana merebut pistol di tanganku. Mendorongku menjauh dan menodongkan benda sialan itu tepat di kepalaku.

Tangannya gemetar hebat. Bibirnya bergetar sementara air matanya jatuh tak terhitung.

Aku tersenyum dibalik kehancuran. "Lakukan jika kau bisa."

"Kenapa tidak?" Dia menjawab tanpa ragu.

Di antara wajah Hana todongan pistolnya, aku melihat masalalu kami yang begitu indah.

Sejak pertama kali bertemu, dia adalah gadis paling unik dan manis yang pernah kutemui. Dia adalah gadis yang berhasil merobohkan setiap inci dinding es yang selama ini melekat dengan seorang Min Yoongi.

Tatapan pertama, ciuman pertama, liburan di Daegu dan semuanya. Hari-hariku tidak akan sempurna tanpa dia, Hana.

Hanna, will you marry me?

Semua hal tentang aku dan Hana. Seperti kisah  cinta lama yang ujungnya tidak akan pernah sempurna.

Aku melihatnya memejamkan mata. Dia menarik pelatuknya. Peluru menembus Hoodie dan mengenai dada kiriku. Rasanya sakit, tapi yang kusaksikan untuk terakhir kali jauh lebih menyakitkan.

Pandanganku mulai mengabur. Hal terakhir yang kulihat hanyalah wajah Hana.

"I love you and Sorry, Bae." Itulah kata terakhir yang kuucapkan sebelum akhirnya tersungkur.

~To be continue~

• • •

Cukup sampai sini aja ya, aku gak kuat nulisnya 😭

𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 • [BOOK 2] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang