Note: Sejak pertama kali menulis cerita ini, aku benar-benar serius banget. Maksudnya tuh kaya, aku beneran bikin cerita ini seperti novel. Walau masih banyak ada yang salah, tapi aku tetap berusaha membuat alur, kosa kata, penulisan dan tanda baca persis dengan novel. Rapi, alur mudah dipahami, penuh misteri yang bikin pembaca merasa tertantang untuk terus membaca dan suka.
Menurutku, menulis bukan hanya tentang hobi. Tapi harus diiringi dengan keseriusan. Aku gak berkhayal cerita ini akan dilirik produser, dijadikan film/series, aku menjadi terkenal, banyak uang, bisa umroh/haji bareng keluarga besar, ke korea, ketemu Bangtan, nonton konser dll. Aku gak mau berkhayal tinggi karna semakin tinggi akan semakin sakit ketika jatuh.
Tapi aku masih berusaha. Karna aku percaya, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha keras seseorang.
Lewat cerita ini pula, aku ingin menggambarkan sisi gelap menjadi seorang idol terkenal sekelas BTS. Bagaimana bisa? Karna aku memposisikan diriku ada di mereka. Bayangkan, kalian diharuskan selalu tampil sempurna kapanpun dan di manapun kamera menyorot. Setiap hal pribadi jadi incaran penggemar. Diikuti ke manapun tak peduli kita suka atau tidak suka. Hal pribadi bisa dijual dan dijadikan asumsi.
Aku ingin kalian yang membaca cerita ini menyadari. Bahwa seorang fans punya titik batasan yang tak boleh dilewati.
Aku ingin kalian tau, bahwa idol juga manusia biasa. Mereka punya kehidupan pribadi dan banyak privasi yang tak bisa dipublikasi.
***
"Tuhan tidak akan mengirimmu pada titik di mana kamu tidak bisa melewatinya."-Hana Elvia.
• • •
Kami bersepandang cukup lama. Wajah datar nan dingin di balik maskernya, masih bisa kulihat dengan begitu jelas.
"Kenapa? Terpesona?" Dia bertanya dengan bangga.
Sebelah tanganku berkacak pinggang. "Kenapa kau merilisnya?"
"Untuk membuatmu menangis?" Bahunya terangkat acuh.
"Kenapa kau sangat suka membuat orang lain terluka?" Aku mulai menanyainya dengan serius. Sebisa mungkin akan kuselesaikan semua lelucon sialan ini sebelum Lift terbuka.
"Kau terluka?" Yoongi membenarkan posisinya. "Kenapa kau terluka? Karna lagu ini atau karna semua kenangan dalam liriknya?"
"Yoon, stop it!"
"Tidak, aku tidak akan membawa pulang drama yang sama." Dia membuka maskernya. Saat itulah aku menyadari satu hal. Dia menggunakan sebuah Piercing pada sudut bibir kanannya. Tapi apa peduliku?
"Selesaikan semua ini mumpung kita punya waktu," lanjutnya.
Kutarik nafas dalam-dalam. Dia benar. Selesaikan ini mumpung ada waktu. "Kenapa kau kemari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 • [BOOK 2] (✓)
Fanfiction-Harapan Min Yoongi simpel saja, dia ingin mengulang waktu.- 🕊️🕊️🕊️ 📍Cerita ini merupakan kelanjutan [BOOK 2] dari cerita 𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜. Agar lebih memahami alur, disarankan untuk membaca cerita pertama lebih dulu (bisa cek cerita diberand...