"Ibu, kenapa kita kemari?"
Aku memegang erat jari-jari mungil Hansu. Melebihi apapun, pandanganku hanya tertuju pada sebuah kotak persegi berselimutkan kain putih dengan foto Drew di atasnya.
Di dalam sana, di dalam kotak kecil, abu kremasi Drew diletakan. Senyum dan tawanya masih tergambar jelas dalam ingatanku. Rasanya, aku masih tak percaya jika pria sebaik dia, telah pergi.
Membawa jutaan kebahagiaan dan kasih sayang. Selama aku bersamanya, tak ada satu kalipun dia pernah membuatku menangis. Setiap hari yang kami lalui, tak pernah luput dari senyum manis lesung pipinya.
Dan semua itu, dia turunkan pada Hansu. Putraku tumbuh menjadi pria manis dengan lesung pipinya yang indah. Meskipun cara bicaranya tak mirip sama sekali, aku tak menyangkalnya, karna sejak kecil dia tumbuh dalam asuhan Yoongi.
Hari itu... Ketika aku tau segalanya. Segala rencana yang sudah dia pikirkan sejak lama.
Hari itu... Sepulangnya aku dari tempat dia dikremasi... Kisah lama yang kukubur, dipaksa untuk kugali kembali.
Dan hari ini, aku tau, kenapa Drew melakukannya. Apa yang terjadi pada hidupku saat ini, adalah sesuatu yang dulu ingin dia capai.
Dan hari itu...
"Hana?" Aroon menyusulku yang hampir memasuki mobil.
Tatapannya sendu, sarat akan duka cita yang aku sendiri tak bisa mengukur seberapa dalam kesedihan yang ikut dia rasakan.
Dengan gemetar tangannya meraih lenganku. Menggenggamnya begitu erat. "Aku tau kau sangat terluka akan semua ini. Bukan hanya kau, kami semua juga sama terlukanya atas kepergian Drew. Kau tau itukan? Kau tidak sendirian, Hana."
Aku mengangguk sambil memaksakan sedikit senyum. "Aku sungguh tak apa. Setidaknya Tuhan mengirimkanku Drew yang lain." Aku menatap Hansu yang tertidur dalam dekapanku.
"Kami tidak akan membiarkan dia kekurangan apapun Hana. Percaya saja."
Aku tersenyum kecil. "Setelah hari ini, aku tak yakin untuk tetap ada di Bangkok."
Alisnya berkerut. "Apa maksudmu?"
Kuangkat kepala untuk menatapnya lebih lekat. "Aku tak bisa hidup di tempat di mana hanya wajah dan kenangan Drew yang kuingat. Aku sungguh tidak bisa, Ar!"
"Aku akan pulang ke Indonesia. Aku sudah bicarakan ini dengan orang tua Drew. Kami bisa saling mengunjungi jika sewaktu-waktu saling merindukan."
Tanpa menjawab apapun, Aroon meraih sesuatu di dalam jas hitamnya. Begitu menemukan apa yang dia cari, dia memberikannya padaku.
Aku memandangi benda pipih kecil yang dia ulurkan. Itu adalah sebuah flashdisk. "Aku tak bisa melarang apapun keputusanmu. Kau punya hak penuh atas setiap keputusanmu, tapi kuharap, sesuatu yang ada di dalam flashdisk ini akan merubah pikiranmu setelah melihatnya."
"Apa ini?—"
"Drew menitipkan ini pada Fhyn sebelum dia menjalani operasi."
Dalam diam kupandangi flashdisk itu. Perlahan kuangat tangan dan meraihnya.
"Drew akan sangat tenang jika kau ikut serta membantu tujuannya. Aku yakin kau tau bahwa pria itu selalu ingin membuatmu hidup bahagia bukan? Kuharap kau mengerti maksudku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 • [BOOK 2] (✓)
Fanfiction-Harapan Min Yoongi simpel saja, dia ingin mengulang waktu.- 🕊️🕊️🕊️ 📍Cerita ini merupakan kelanjutan [BOOK 2] dari cerita 𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜. Agar lebih memahami alur, disarankan untuk membaca cerita pertama lebih dulu (bisa cek cerita diberand...