"Mau jalan-jalan?"
Aku menengok ke arah Drew. Semenjak kejadian itu, dia menjadi ekstra lebih romantis. Beberapa hari belakangan dia tak masuk kantor. Katanya itu adalah upaya permintaan maafnya karna telah membohongiku.
Sejujurnya aku sudah memaafkannya. Tapi aku masih sedikit ragu dengan alasan dia ke Seoul. Menyiapkan sebuah surprise? Dia akan mengajakku ke Seoul di saat aku hamil tua?
"Di luar sangat dingin." Aku menolak.
Tapi dia tak menyerah. "Kita hanya akan di dalam mobil. Berkeliling kota. Sudah lama saya tidak keliling kota Bangkok."
Aku memandangi irisan buah yang tersisa di piring. Sejenak berpikir, akhirnya aku setuju.
• • •
"Kamu tampak pucat. Kamu sakit?" Aku melihat ke arah Drew yang sibuk memegang kemudi.
Lantas dia melihat cermin. "Tentu saja pucat. Di sini dingin sekali!"
Aku berdecak. "Kan sudah dibilangin."
"Boleh bantu hangatkan?" Dia tersenyum.
Kuputar bola mata agak kesal. "Sudah kuduga rencanamu ini." Aku mendekatinya. Menyelipkan kedua tangan pada mantel yang dia kenakan. Kupeluk dia begitu erat—menyalurkan rasa hangat untuknya.
Sebelah tangannya mengusap pelan tanganku yang melingkar pada perutnya. Sesekali dia memalingkan muka hanya untuk mengecup keningku. "Saya akan memberikan apapun untuk kebahagiaanmu lima hari ke depan."
Lantas aku mengangkat kepala dan melihatnya. "Hanya lima hari?"
Drew mengangguk. "Karna setelah lima hari saya harus pergi."
"Urusan bisnis ke mana lagi?" tanyaku. Rasanya agak lelah. Lelah karna selalu ditinggal pergi. "Kamu kan tau aku udah mau lahiran? Kalo tiba-tiba aku lahiran terus kamu gak ada gimana? Gak lucu, Drew!"
Drew menyampingkan mobilnya lalu berhenti. Kami saling tatap. Kedua tangannya yang dingin menangkup wajahku. "Saya hanya pergi sebentar. Ini urusan yang sangat penting."
"Saya tidak akan membiarkanmu melahirkan sendirian. Saya berjanji," lanjutnya.
Meski selalu ragu, aku tetap mengiyakan ucapannya. Aku tau, Drew sangat tidak bisa menolak setiap tanggung jawabnya di dalam dunia bisnisnya. Bagaimana tidak? Dia adalah penerus satu-satunya Matewa Group.
"Saya sangat mencintaimu, Hana. Sungguh!"
"I know." Aku memeluknya lagi. Itulah jawaban yang selalu kuberikan padanya.
• • •
- Min Yoongi
Pesawat kami mendarat sempurna di Bandara Thailand. Aku menghirup udara dengan wajah girang. Rasanya berbeda ketika aku datang kemari dua bulan lalu. Kali ini aku datang dengan suasana hati yang jauh berbeda.
Cuaca di kota Bangkok sedang dingin karna sering turun hujan. Jalanan kota basah, membuat warnanya hitam pekat.
Aku menyandarkan kepala pada jendela mobil. Memandangi setiap bangunan yang kami lewati berserta mobil-mobil yang berpapasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 • [BOOK 2] (✓)
Fanfic-Harapan Min Yoongi simpel saja, dia ingin mengulang waktu.- 🕊️🕊️🕊️ 📍Cerita ini merupakan kelanjutan [BOOK 2] dari cerita 𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜. Agar lebih memahami alur, disarankan untuk membaca cerita pertama lebih dulu (bisa cek cerita diberand...