Farah melebarkan kedua tangan ketika mendapati menantu kesayangannya tiba. Meski berada di rumah, ia tampil rapi dengan blouse satin berwarna abu-abu.
"Akhirnya kamu datang juga, Mel" peluk Farah.
Melati membalas pelukan sang mertua. "Mami kok cantik banget, sih?" pujinya.
"Kamu ini bisa saja!" Farah tersipu.
"Sungguhan!" Melati meyakinkan.
Farah menggandeng Melati agar berjalan bersamaan. "Mami, kan, mau bikin konten promosi. Makanya berdandan heboh," jelasnya. "Content Planner yang di-hiring Iman sudah menunggumu dari tadi."
"Mami pakai jasa Content Planner?" Melati agak terkejut.
Farah mengangguk.
"Sebenarnya Mami tinggal terima beres. Ini saran dan rekomendasi dari Iman," jawabnya. "Dia bilang kalau memang ingin berbisnis harus serius dan jangan setengah-setengah.
"Oh ..." gumam Melati.
Melati lupa kalau mertuanya merupakan konglomerat yang punya banyak harta. Bukan orang biasa yang memiliki dana terbatas sehingga melakukan semua seorang diri.
Sesampainya di dapur, keterkejutan Melati kian bertambah.
Dapur luas itu sudah disulap menjadi lokasi syuting profesional. Terdapat dua light stand yang menahan monoblock strobe berdiri di depan counter. Fungsi dari alat-alat itu adalah untuk memberi cahaya ketika pengambilan gambar. Di sisi lain, juru video sudah menunggu dengan kameranya; tinggal menunggu si bintang utama siap saja.
"Aku tak sangka akan seserius ini, Mi," gumam Melati. "Aku pikir cuma kita dan para asisten dapur yang bakalan bikin kontennya."
Farah mengibaskan tangan.
"Mami pikir juga begitu, tapi Iman merekomendasikan begini."
"Ya sudah, Mi. Sebaiknya segera dimulai saja," ujar Melati. "Aku jadi sungkan karena gara-gara menungguku—prosesnya jadi molor."
Farah mendecak. "Buat apa sungkan segala, Mel?" Ia merangkul Melati ketat. "Mereka semua dibayar dan kalau tidak ada kamu, gugupnya Mami tidak hilang-hilang."
Melati terkekeh. "Mami gugup?" godanya. "Rileks saja, Mi. Anggap sedang berbicara biasa."
Farah menarik napas panjang.
"Iya, Mel," gumamnya.
"Gimana, Tante? Sudah siap?" Seorang kru menghampiri Farah.
Farah menjawab dengan anggukkan kepala.
"Iya, kita mulai saja." Ia lalu menoleh ke arah Melati. "Oh iya, ini anakku yang dari tadi kutunggu-tunggu." Ia memperkenalkan Melati.
Anakku. Jantung Melati berdentum menggelegar. Bukan menantu, melainkan anak. Apa yang Farah ucapkan membuat Melati terharu bukan kepalang.
Kru tadi tersenyum seraya menyodorkan tangan. "Halo, Kak. Tadi Tante bilang kalau grogi berat. Tidak mau mulai kalau Kakak belum datang untuk melihat."
Melati membalas jabatan tangan si kru.
"Tolong dibantu Mami saya, ya, Kak," timpal Melati.
Setelah berbasa-basi sebentar, proses pembuatan konten pun dimulai. Farah berdiri di belakang counter table yang dikelilingi oleh kue-kue cantik buatannya.
"Tante, silakan promosikan salah satu cake-nya. Anggap saja Tante lagi ngomong sama customer." Arahan dari videografer kepada Farah.
Farah melirik kaku. "Iya."
![](https://img.wattpad.com/cover/320386984-288-k141117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGARBABY
RomanceA dark romance story about marriage contract. (21+) bijaklah memilih bacaan yang sesuai dengan umur ♡ Iman yang masih ingin bersenang-senang selepas bercerai, memaksa seorang Sugarbaby cantik dan seksi untuk menjadi istrinya. Akan tetapi, seiring wa...