Iman terpagun sambil menyangga sisi kepala pada kaca jendela.
Ia terbayang-bayang ciuman bersama Melati tempo lalu. Ada candu menggerayang menguasai; ada kilat manis menghantui memori, dan ada hasrat ingin mengulanginya, lagi, dan lagi. Iman seketika mendengkus. Apa istimewanya, sih? It's just a kiss. Iman bahkan bisa mendapatkan lebih dari wanita-wanita lain.
Tapi ...
Sialan! Iman hanya menginginkan Melati seorang.
Tubuh wanita itu laksana opium. Bibir Melati bagaikan narkoba, sekalinya mencoba, bakalan ketagihan sampai hampir gila.
Toktoktok. Ketukan pada kaca membuyarkan lamunan Iman. Ia bergegas membuka central lock dan membiarkan Melati masuk ke dalam Rubicon.
"Hei," sapa Melati tersenyum.
Iman menelan saliva.
Tidak dapat dipungkiri, ia sangat terkesima dengan penampilan Melati yang cantik. Dari tubuh Melati menguar aroma parfum mirip permen. Apa lagi setelah berganti warna rambut menjadi hitam, paras Melati makin segar dan menggoda. Meski memakai riasan tipis, Melati justru tampil outstanding. Pakaian yang wanita itu kenakan juga elegan, blouse berbahan satin dengan tailored pants.
Iman mengusap bakal janggutnya gusar. "Ya," balasnya.
Melati melirik Iman penuh tanya. Ia merasa ada yang aneh dengan calon suami (palsu)-nya.
"Kenapa kamu?"
"Kenapa, kenapa?" Iman balik tanya.
"Kelihatan kusut," terang Melati.
Karena kamu. "Kurang tidur aja. Cemas memikirkan hari ini," dalih Iman.
"Oh," desah Melati. "Sama. Aku juga gelisah, tapi, aku akan berusaha sebaik mungkin tampil menyenangkan di depan keluargamu."
"Hanya ada papi dan mamiku. Om dan Tanteku sedang liburan ke LN," ujar Iman.
Melati bernapas lega. "Syukurlah. Semakin sedikit orang yang akan kutemui."
"Jangan tenang dulu. Mamiku orang yang mendetail, sementara papi lebih banyak diam tetapi sibuk mengamati. Kamu harus hati-hati, ingat skenario kita," ujar Iman.
Melati mengangguk.
"Ya." Ia memainkan kuku-kuku jempol demi mengalihkan gugup. Masa depan Melati dipertaruhkan di sini, restu orang tua Iman adalah tiket baginya keluar dari sengsara. Selain itu, beban Melati kiat bertambah karena Lastri sudah berkenalan dengan Iman.
Ibunya sudah menaruh harapan besar akan memiliki menantu konglomerat.
"Setelah makan siang ini, kamu harus membujuk keluargamu untuk pindah ke rumah yang sudah kusiapkan."
Melati mengangguk lagi. "Aku harus bilang apa pada mereka? Kalau tahu kamu membelikan kami rumah, ibuku akan semakin menjadi-jadi. Dia akan memanfaatkanmu dan minta lebih banyak."
"Itu PR-mu, Mel," sahut Iman tak acuh. "Cuman, semisal kelak ibumu meminta-minta sesuatu dariku, kamu tahu, kan, harus apa." Ia melirik Melati jail. "Apa yang kuberikan tak pernah gratis."
Melati membuang muka.
Bersama Iman, ia seakan-akan menjual jiwanya pada Iblis. Iman memang selalu memenuhi segala hajat Melati, namun ada harga yang harus ia bayar dengan — tubuhnya.
"Ngomong-ngomong ..." lanjut Iman. "Bagaimana hubunganmu dengan si om-om, pacarmu itu?"
Melati melotot. Tak sangka Iman akan membahas tentang Bramantya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGARBABY
عاطفيةA dark romance story about marriage contract. (21+) bijaklah memilih bacaan yang sesuai dengan umur ♡ Iman yang masih ingin bersenang-senang selepas bercerai, memaksa seorang Sugarbaby cantik dan seksi untuk menjadi istrinya. Akan tetapi, seiring wa...