Keesokan paginya, Lisa tidak menemukan Jennie di dalam kamar rawatnya. Mungkin saja kekasihnya itu sudah pulang dan bersiap untuk jadwal hari ini. Lisa tidak bisa melarang Jennie, meskipun ia adalah bossnya.
Tapi tak lama dari itu, pintu kamar rawatnya terbuka. Memperlihatkan Jennie, Reghan, Marco, Jessica dan Lilly dengan tangan mereka yang penuh totebag berisikan makan.
"Apa kalian akan berpesta di kamar rawatku ini?" tanya Lisa begitu mereka duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang tidurnya.
"Yak! Kami semua hanya menyetok makanan agar tidak terlalu bosan menunggumu, keluar dari rumah sakit" ucap Marco sambil melempar satu bungkus nyam-nyam kearah Lisa.
"Yeobo, tidak boleh kasar pada anakku! Dia sedang sakit jadi jangan mengajaknya bertengkar!" tegas Lilly, Mamah Lisa.
"Papah dengar? Mamah pasti akan membelaku, wleeee~" ledek Lisa dan itu membuat Jennie terkekeh geli karenanya.
"Sayang, sudah wajahmu terlihat seperti anak kecil hahaha" mereka tertawa dan Lisa hanya tersenyum, karena disaat seperti ini lah mereka bisa berkumpul bersama di tengah kesibukan masing-masing.
"Bagaimana kondisimu nak, sudah merasa jauh lebih baik?" tanya Jessica dengan raut wajahnya yang penuh kekhawatiran.
"Lisa baik-baik saja Mom, luka ini juga akan sembuh dalam beberapa minggu. Mommy tidak perlu khawatir pada Lisa" ujar Lisa lembut.
Jennie menatap Mommy nya dengan bibir yang mengerucut lucu. Ia tidak suka melihat interaksi keduanya, ia cemburu, jujur saja. Apalagi Mommy nya selalu bisa membuat perhatian Lisa teralihkan darinya.
"Anak kucing disampingmu itu pasti, sebentar lagi akan menggigitmu, nak" kata Reghan dengan tawa kencangnya.
"Daddy! Aku bukan anak kucing! Sayang, aku bukan anak kucing kan?" tanya Jennie pada Lisa, namun Lisa malah membawanya ke dekapan hangatnya.
"Kamu memang anak kucing, anak kucing yang begitu sexy dan menggemaskan" bisik Lisa, yang tentunya hanya bisa didengar keduanya.
"Mereka bukan lagi remaja, tapi kenapa tingkah mereka masih seperti remaja yang tengah kasmaran?" bingung Marco dengan sekaleng minuman kopi ditangannya.
"Maklum, sedari sekolah dasar Jennie berada di trainee. Ia tidak pernah berpacaran dengan siapapun dan baru pertama kali, bersama Lisa. Jadi wajar saja jika mereka berdua seperti remaja yang tengah jatuh cinta" jawab Jessica dibalas anggukan kepala oleh Lilly.
"Lisa juga selalu disibukkan dengan berkas dokumen aneh itu, Papahnya bahkan selalu memberinya sarapan kertas disetiap harinya. Sampai-sampai anakku itu tidak berpacaran dengan siapapun, dan sulit sekali untuk bersosialisasi" adu Lilly lalu Jessica merangkulnya.
"Untung saja kita menjodohkan keduanya dan mereka juga saling tertarik waktu pertama kali bertemu, Lilly apa kamu ingat, waktu pertama kali mereka bertemu?"
Lilly mengerutkan keningnya, ia memutar kembali memorinya. Sampai akhirnya ia menemukan apa yang dimaksud Jessica.
FLASHBACK ON
"Mom aku tengah fokus dengan karierku. Dan aku tidak mau di jodohkan, apalagi aku tidak mengenal siapa orang itu" kesal Jennie dengan kedua tangannya, yang dilipat di depan dada.
"Ayo lah kali ini saja, Mommy juga tidak pernah melihatmu berkencan dengan siapapun. Malah yang ada, kamu selalu terjebak dalam rumor skandal yang aneh. Dan terakhir kali, kamu digosipkan menjadi simpan suami orang" ujar Jessica sambil merapikan tas Chanelnya.
Keduanya sudah berada di restoran mewah dan megah. Bahkan tidak ada satu orang pun yang berada di restoran ini. Hanya ada Jennie juga Jessica seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Model
FanfictionLangsung dibaca aja yuuuk gak usah dijelasin nanti juga kalian paham hehehehe