Jennie menghela nafasnya kasar, ia segera menarik tangan Lisa untuk kembali ke mobil. Karena ia tidak menyukai kehadiran pria yang bisa saja, memicu pertengkaran antara dirinya dengan Lisa. Tentu saja ia tidak akan mau kalau sampai hal itu terjadi.
"Oh, apa dia kekasihmu Jane?" tanya Vin dengan tatapannya yang terus tertuju pada Jennie.
"Semua orang bahkan sudah mengetahuinya, jadi untuk apa saya menjawab pertanyaan anda, tuan Vin?!" ketus Jennie.
Lisa tersenyum sinis mendengar jawaban Jennie, ia suka ketika kekasihnya dalam mode marah seperti ini pada orang lain. Apalagi saat Jennie merasa cemburu dan di abaikan, olehnya.
"Aku akan memberikan kalian berdua waktu, jika kalian ingin berbincang" ujar Lisa sambil melihat arloji yang terpasang di tangan kirinya.
"Boo!! Aku tidak ingin, lagipula untuk apa aku berbincang dengannya? Kita berdua bahkan tidak sedekat itu" ucap Jennie sedikit kesal.
Lisa melirik kearah Vin, dimana pria itu tengah menatap kearahnya penuh tanya.
"Saya Lalisa Carls Manoban, salam kenal. Ah, tapi rasanya anda mengenali saya bukan?" kata Lisa sambil menaikkan satu alisnya.
Tangan Lisa yang sudah berada di depan Vin seketika di genggam oleh Jennie, padahal Lisa baru saja ingin berjabat tangan dengan pria bertatto itu.
"Kita pulang sekarang!" tegas Jennie yang menarik perlahan tangan Lisa agar pergi menjauh dari Vin.
Tapi usaha Jennie tidak berhasil karena ia melihat raut wajah Vin yang berubah sendu, terlebih pria itu menatap kearah Lisa tanpa berkedip sekali pun.
"Apa kalian berdua saling kenal, sebelumnya?" tanya Jennie penuh selidik.
"Dia pernah mengajakku berkencan beberapa kali, saat aku tinggal di New York beberapa tahun lalu" bisik Lisa yang tentunya membuat Jennie membulatkan kedua matanya, tak percaya.
"Bagaimana bisa? Pantas saja kamu tidak semarah biasanya, saat aku bercerita tentang seorang pria"
"Apakah aku sepemarah itu?" tanya balik Lisa dengan tatapan lucunya pada Jennie.
"Ugh sangat! Bahkan kamu begitu menyeramkan, jujur saja itu membuatku takut"
Lisa terkekeh dan keduanya seperti tidak menganggap kehadiran Vin diantara mereka. Malah Jennie semakin bertingkah manja pada Lisa dan mengecup beberapa kali rahang tegas juga sudut bibir Lisa.
Jennie tahu jika Vin mengepalkan tangannya, ia tahu jika pria bertatto itu cemburu melihat keromantisan hubungannya dengan Lisa.
"Lisa sudah bahagia bersama saya. Jika anda memiliki niatan untuk merebutnya dari saya atau anda ingin mendekati saya lagi, maka saya tidak akan tinggal diam. Karena kami berdua sudah bertunangan dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan, saya harap anda tidak melakukan hal-hal yang nantinya dapat menghancurkan hubungan kami berdua" ujar Jennie panjang lebar.
Vin menundukkan kepalanya sebelum akhirnya ia menatap keduanya secara bergantian dengan senyum, yang tidak bisa Jennie artikan.
"Berbahagialah"
Setelah itu Vin berlalu pergi dari hadapan Jennie juga Lisa. Namun ucapan Vin terus terngiang di pikiran Jennie, ia yakin pria yang hampir sebagian tubuhnya di penuhi oleh tattoo tidak akan menyerah begitu mudahnya, seperti ini.
"Dia pasti memiliki kejutan untuk kita nantinya, kamu tidak perlu pikirkan biar itu menjadi urusanku. Kita hanya perlu berbahagia seperti apa yang dia ucapkan tadi, sayang" lembut Lisa sambil tersenyum manis kearah Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Model
FanfictionLangsung dibaca aja yuuuk gak usah dijelasin nanti juga kalian paham hehehehe