Mereka semua panik melihat darah yang mulai mengalir di telapak tangan Lisa. Terlebih Jennie yang langsung membulatkan kedua matanya, tak percaya.
Ia turun dari gendongan Lisa dan menyentuh lembut luka yang Lisa dapatkan, rasanya itu dari seorang sasaeng. Martin juga dengan cepat bertindak mengamankan, pria berpakaian serba hitam dengan memegang pisau yang sudah berlumuran darah.
"Bawa dia ke markas, amankan saja dulu. Sampai saya kembali lagi ke sini. Saya harus segera flight, karena jet pribadi saya sudah siap lepas landas sekarang" jelas Lisa dan dibalas anggukan kepala oleh Martin.
"Boo, tapi kita harus mengobati tanganmu terlebih dahulu. Aku tidak mau lukamu ini menjadi terinfeksi nantinya" panik Jennie dengan matanya yang bahkan sudah berkaca-kaca.
"Dimobil saya terdapat perban dan beberapa obat agashi, biar saya ambilkan terlebih dahulu" ucap Julio yang baru saja tiba dan melihat banyaknya darah di telapak tangan Lisa.
"Baiklah, tolong di percepat"
Setelah Julio pergi, Jennie menangkup kedua pipi Lisa. Bisa ia lihat betapa pucatnya wajah sang kekasih. Jennie mengecup beberapa kali bibir Lisa tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
"Bertahan, hum? Aku mohon padamu" lirih Jennie yang kemudian kembali mengecup bibir Lisa, tapi kali ini dengan rentang waktu yang cukup lama.
"Seharusnya kamu tidak bertindak sampai sejauh ini, tanganmu menjadi terluka karena melindungiku, aku minta maaf" Lisa tersenyum, lalu ia menarik Jennie ke dalam dekapan hangatnya.
"Itu sudah menjadi kewajibanku untuk melindungimu, sayang. Aku tidak pernah menyesal telah melakukan hal seperti ini, untukmu" lembut Lisa yang mengecup beberapa kali pelipis kepala Jennie.
Tak lama Julio pun datang kembali dengan sekotak p3k di tangannya. Jennie juga membawa Lisa untuk duduk di salah bangku yang sudah tersedia. Disana ia mengobati Lisa, dibantu juga oleh yang lainnya.
"Agashi, saya tau ini tidak sakit untuk anda" bisik Martin pada Lisa yang sedari tadi memeluk erat pinggang ramping Jennie.
"Sssttt diamlah, saya hanya sedang ingin di manja" balas Lisa dengan bisikannya.
"Apa perlu saya memukul luka agashi, agar akting anda semakin terlihat natural?" tanya Martin yang segera mendapat tatapan tajam dari Lisa.
"Saya hanya bercanda agashi, bercanda sumpah!" kikuk Martin.
"Sakit hum? Lalicarls pasti kesakitan yaa~" goda Jennie dengan suara anak kecilnya.
"Lalicarls ingin menangis huaaa~" ujar Lisa yang tentunya membuat semua bodyguard menatap tak percaya sambil menahan tawa mereka.
Seketika Lisa menatap tajam kearah mereka, namun Rose yang tidak bisa menahan tawanya sampai-sampai Jisoo harus membekap mulut wanita berambut blonde itu.
"Ekhhmm! Ayo sayang, pilot kita sudah menunggu sangat lama" ucap Lisa dengan suara tegasnya.
Jennie tersenyum sambil menepuk beberapa bahu Lisa. Kekasihnya ini memang tidak bisa di tebak, tapi Jennie tetap menyukainya bahkan sangat amat menyukainya.
¶¶¶¶¶¶
Lisa merapikan rambut Jennie yang sebenarnya tidak berantakan, ia suka menyentuh dan mengusap lembut rambut kekasihnya. Senyumnya terlihat, ketika Jennie mulai menatap kearahnya dan membalas senyumnya.
Mereka sudah berada di jet pribadi milik Lisa, Rose dan Jisoo berada di belakang. Sengaja memisahkan diri karena tidak ingin melihat keromantisan, pasangan bucin yang baru saja kembali bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Model
FanfictionLangsung dibaca aja yuuuk gak usah dijelasin nanti juga kalian paham hehehehe