Mata kucing Jennie perlahan terbuka, ia mencoba membinasakannya dengan cahaya terang yang beberapa kali, ingin kembali membuatnya terpejam. Lalu pandangannya mulai terfokus pada sosok wanita jangkung yang tengah berdiri, membelakangi dirinya menatap kearah luar kaca besar di hadapannya.
Tentu saja ia mengenalnya, sosok yang selama ini ia rindukan akan keberadaannya. Itu, Lisa. Wanita bermata hazel, kekasih sekaligus calon tunangannya berada di satu ruangan dengannya. Ia bahagia, tentu saja.
"Boo" perlahan suara seraknya mengalun, memanggil Lisa.
Membuat seseorang itu seketika menoleh kearahnya, lalu menatapnya dengan penuh kekhawatiran.
"Ada yang sakit?" tanya Lisa, tanpa beranjak dari tempatnya.
Jennie tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kini keduanya hanya saling tatap, tanpa adanya pembicaraan. Sampai akhirnya Jennie menundukkan kepalanya. Dan tak terasa air matanya jatuh, secara perlahan.
"Kenapa kita menjadi asing seperti ini?" lirih Jennie tanpa menatap hazel di depannya.
"Aku merasa gagal menjadi kekasihmu, maafkan aku, Jen" ujar Lisa sambil mengusap kasar wajah rupawannya.
"Hampir 2 minggu lamanya, aku pergi begitu saja tanpa memberimu kabar. Aku tahu kamu khawatir, tapi dengan bodohnya aku malah menuruti egoku dan malah semakin memperbanyak jarak di antara kita" tambah Lisa.
"Kamu tidak gagal, disini aku juga gagal. Gagal karena tidak bisa memahamimu dengan baik dan gagal karena, bersikap egois akan acara pertunangan kita" ungkap Jennie dengan menatap sendu hazel milik Lisa.
"Lalu sekarang kamu mau kita seperti apa? Apa waktu 2 minggu tanpa kabar sudah cukup, untukmu? Apa kamu masih ingin meminta waktu dan memikirkan hubungan kita, akan seperti apa kedepannya nanti? Aku akan memberikanmu waktu, sampai kapanpun yang kamu mau. Asal kamu tetap bersamaku, boo karena yang aku mau hanyalah kamu" ucap Jennie sambil mengusap lelehan air matanya.
Perlahan Lisa melangkahkan kakinya mendekati ranjang rumah sakit, tempat Jennie berbaring. Dan dengan tiba-tibanya Lisa menjatuhkan kepalanya tepat di atas perut Jennie.
CEO yang terkenal dingin juga angkuh itu menangis disana.
"Boo, Kamu tidak salah, aku hanya kelelahan karena jadwalku yang sangat padat. Aku akan segera pulih dan berhentilah menyalahkan, dirimu sendiri" ucap Jennie sambil mengusap lembut kepala Lisa.
"Tapi aku juga menjadi alasan sakitmu ini, maafkan aku hikss~"
Jennie tersenyum, Lisa akan seperti anak kecil jika bersama dengannya. Ia menyukai sifat Lisa yang satu ini, karena memang hanya dirinya yang bisa melihat dan merasakannya.
"Aku minta maaf, maafkan aku hikss~"
"Iya boo, aku memaafkanmu. Sudah jangan menangis seperti ini" pinta Jennie dengan kekehan tawanya.
Lisa mengangkat kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya, kedua matanya bahkan sudah memerah dan sembab karena tangisnya. Jennie secara perlahan mendudukkan dirinya dan bersandar dengan bantalan, lalu ia meraih wajah yang sudah hampir 2 minggu ini ia rindukan.
Dicubitnya gemas, kedua pipi Lisa yang sedikit menirus. Ia membuat wajah lucu sampai-sampai Lisa dibuat gemas oleh tingkah Jennie.
"Jangan sakit lagi, kamu harus cepat pulih agar kira bisa cepat melangsungkan pernikahan kita"
"Tidak ingin bertunangan dulu? Lalu 2 tahun kemudian kita baru menikah, bagaimana bagus bukan saranku?" goda Jennie yang tentunya membuat Lisa kesal.
"Ya sudah kalau begitu aku menikah dengan orang lain saja, jika kamu tidak mau denganku"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Model
FanfictionLangsung dibaca aja yuuuk gak usah dijelasin nanti juga kalian paham hehehehe