2

85 7 2
                                    

Warning, harap dibaca!

Guys, aku mau kasih pengumuman penting. Ini menyangkut update nya cerita ini, aku mikir mungkin aku update nya seminggu dua kali. Awalnya aku berpikir mau update setiap hari, tapi kayaknya hal itu masih menjadi pikiran ku kedepannya. Karna aku juga menargetkan voting.

Aku ga munafik hehe, aku juga butuh dukungan buat apresiasi karyaku, dan itu melalui vote. Ga bisa komen ga papa, cukup di kasi vote aja aku udah bersyukur banget. Kalau dikomen, itu menjadi bonus tersendiri buat aku.

Karya ku ini murni hasil pemikiranku sendiri ya! Ga ada jiplak orang lain, dan ini juga terinspirasi kisah orang terdekat ku, sekitar tahun 2021-an. Tentu ada yang aku ubah yaa, kayak latar belakang sekolah. Kalo di real life nya kan kita sekolah online karna sempat covid, disini aku ga ambil latar belakang yang sama.

Jadi harap mengerti, ya.

Disini aku juga mengingatkan secara keras, aku tidak menyinggung agama siapapun. Aku juga tidak ada berpikir untuk menjelek - jelekkan keyakinan yang lain. Mari kita sama - sama menghargai, yaa.

Teruntuk update, aku memutuskan bakalan update nya setiap hari selasa sama jumat, di jam 20.00. Jadi, jangan bosan menunggu yaa. Hehe love you all.

Happy reading ❤!

*  *  *

"Tuhan, singkat saja aku hanya ingin dia," batin seorang lelaki memohon kepada Tuhannya seraya menyatukan tangannya.

"Yogaa.."

Yoga mengalihkan pandangan nya, kearah suara yang memanggil dirinya. Sontak netranya bertabrakan dengan tatapan teduh sang bunda. Lalu ia tersenyum, menularkan jua kepada sang bunda.

"Kamu udah selesai, nak?"

"Sudah, bun. Kenapa? Bunda mau pulang?" tanya Yoga.

"Bunda mau ngajak kamu ketemu Naura kamu masih, ingatkan?" tanya sang bunda.

Yoga mengernyit bingung. Naura? Siapa lagi itu? Ia berusaha mengingat, tapi nihil. Yang hanya ada dalam otaknya itu pahatan cantik sang kekasih, Aini Lovrianka.

"Yoga tidak ingat, bun," balas nya.

Terdengar helaan nafas dari sang bunda. Kemudian menatap wajah sang putra dengan saksama. Ia tidak menyangka sang anak dengan mudah melupakan Naura.

"Naura, Ga. Anak nya aunty Anne. Mereka sudah pindah kesini, ayo sekarang pulang, kita ketemu Naura." putus sang bunda, tanpa ingin di bantah.

Mereka berdua menuju mobil, yang tepatri di parkiran gereja. Terlihat sang ayah sedang mendumel tidak jelas, akibat keterlambatan sang istri dan anak. Wajah nya ditekuk, wanita berumur 50-an itu tertawa kecil melihat ekspresi sang suami.

"Kenapa lama sekali? Tebar pesona?" ujar sang suami, menatap jengah sang istri.

"Sudah tua, tidak elit cemburuan," sahut sang anak menatap sang ayah dengan datar.

"Tidak berbicara dengan kamu!" balas sang ayah sengit, menatap tidak suka kepada putranya sendiri.

"Sudah, ayo kita kerumah nya Anne. Mereka pasti sudah menunggu lama." ajak Bianca, lalu masuk ke mobil duluan meninggalkan sang suami dan putranya.

Tanpa ba bi bu lagi, kedua orang itu bergegas menyusul. Mereka tidak mau terkena amukan perempuan yang paling mereka cintai itu, apalagi di hari yang cukup baik ini.

***

Seorang perempuan tengah sibuk menatap kearah kalender, dengan senyuman yang merekah. Ia sudah menantikan ini sejak lama. Tidak ia sangka, hal ini berlalu dengan cepat. Ia tersenyum penuh kebahagiaan.

P A N A C E A (O N  G O I N G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang