.
.
.
Alangkah baiknya jika sebelum membaca itu vote terlebih dahulu!
Sudah?
Semoga yang vote diberikan rezeki berlimpah❤
Happy reading!
Plak!!!"Aku menitipkan dia padamu untuk kau jaga mengapa kau begitu lalai, heh!!?" bentak pria paruh baya itu didepan seorang pemuda yang tengah menunduk
seraya memegang pipinya yang baru saja ditampar."Bahkan sama sekali tidak kau ceritakan padaku mengenai hal ini Yoga? Kau tidak mengganggap diriku sebagai ayahmu?"
Yoga menggelengkan kepalanya, ia benar-benar menyesal menyembunyikan hal ini pada mereka. Sungguh, bukan kemauan dirinya ingin seperti ini.
Kemarahan sang ayah untuk pertama kalinya, membuat Yoga bertambah menyesal. Seumur hidupnya baru kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari sang ayah.
"Engga, Yoga ga bermaksud seperti itu. Ini diluar kendali Yoga, Yoga ingin ngasih tau bunda sama ayah saat ko—"
"Saat apa? Saat Naura telah meregang nyawa baru kau akan memberitahu keluarga mu heh!?"
Yoga terdiam menerima bentakan itu lagi. Mulutnya terpaksa terkunci, ia tidak tahu lagi harus berkata apa.
"Jawab aku, Prayoga Varensky!"
"Sudah, jangan berteriak! Selesaikan dengan kepala dingin, jangan menggunakan emosi," bunda Bia berkata dengan nada bicara yang tegas.
"Kemari Yoga!" titah perempuan paruh baya itu.
Yoga mendekat kearah sofa dimana bunda serta ayahnya sudah duduk anteng disana. Yoga masih menunduk tidak berani berbicara sepatah katapun bahkan menatap keduanya saja tidak.
"Siapa yang melakukan hal ini pada putriku?" tanya Darmawan pada Yoga.
Yoga tidak menjawab ia masih setia pada keterdiamannya.
"Tanpa kau beritahu pun ayahmu ini aku mengetahui siapa yang membuat putriku berakhir seperti itu, Yoga. Aku hanya menginginkan kejujuran mu apa itu sangat sulit untuk mu? Apa Varensky mengajarkan hal itu padamu?"
Yoga menggelengkan kepalanya.
"Jangan berpikir ayahmu ini tidak tahu apapun. Entah mengapa aku mulai meragukan dirimu sebagai anakku. Keturunan Varensky tidak pernah bodoh dalam bertindak sesuatu,"
"Dan naas nya kau memilih jalan bodoh itu! Kau menawarkan hal gila pada Naura, pada putriku. Kau menyeretnya dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan sendiri!" desis Darmawan menatap tajam Yoga.
"Gadis itu, apa yang kau lakukan padanya! Kau menghancurkan kehidupan gadis itu. Keturunan kami tidak mengajarkan menjadi lelaki pengecut, jangankan membereskan masalahmu kau bahkan menambah masalah baru,"
"Kau menghancurkan kehidupan dua orang gadis yang tidak bersalah sekaligus, Yoga. Dan sialnya kau tak merasa bersalah sama sekali akan hal itu," lirih Darmawan menatap nanar kearah Yoga.
"Apa maksud ayah? Yoga ga ngehancurin hidup siapapun, yah. Bunda, bunda percayakan?" lirik Yoga pada sang ibunda yang hanya menatap dirinya intens.
Darmawan menggelengkan kepalanya menatap Yoga yang tidak kunjung menyadari kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A N A C E A (O N G O I N G)
Teen FictionBagaimana jika seorang protagonis mendadak berubah menjadi antagonis? Ini sebuah kisah seorang gadis dengan percintaan yang awalnya berjalan mulus. Semua itu menjadi sebuah petaka ketika hubungan mereka menerima kehadiran sosok perempuan tanpa terdu...