29

17 3 2
                                    

Hallo guys!
Happy reading to all!

"Tidak satupun manusia dimuka bumi ini bisa dipercayai"

— Viviana Ugene —

*   *   *

"Ngapain disini?" Bariton berat itu mengejutkan Nana yang tengah sibuk menikmati angin diatap sekolah.

Ia membuang mukanya ketika melihat siapa yang mengagetkan dirinya ketika ia sedang mencari waktu kenyamanan sendiri. "Bukan urusan lo!" Sahut Nana tidak ramah.

Muhammad Harison. Teman baik Prayoga Varensky. Sebenarnya dirinya tidak ada masalah dengan lelaki ini, akan tetapi mengingat Haris ialah teman baik Yoga yang sangat ia benci membuat kemarahannya memuncak. Semua yang berhubungan dengan Yoga mampu menbuatnya naik darah seketika.

"Santai, gue bukan mau nyari masalah sama lo Na," jelas Haris.

"Gue ga nanya dan juga ga peduli, sebaiknya lo jauh-jauh dari gue," peringat Nana.

"Gue kesini mau bicara sama lo Na. Gue mau ngomong sesuatu yang penting,"

"Gue rasa ga ada yang perlu diomongin. Setau gue, gue ga pernah ada urusan yang mengharuskan gue sama lo berbincang, right?" Haris bungkam mendengar penolakan keras dari Nana.

Nana merasa muak dengan lelaki yang ada dihadapannya ini. Berada disekitar teman-teman Yoga ternyata membuat udara dan kesehatan nya tidak baik. Sungguh sangat tercemar. Tanpa kata ia pun beranjak dari posisi nyamannya, dan hendak meninggalkan Haris yang masih bungkam. Sibuk dengan pikirannya.

"Gue mau minta maaf atas sikap sahabat gue yang udah keterlaluan,"

Nana menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia menatap intens Haris yang tengah menatap lurus kearahnya. Jujur, ini situasi yang sangat lucu menurut Nana. "Gimana? Meminta maaf? Kau ingin meminta maaf atas perlakuan bajingan itu? Hebat, sungguh hebat!" Nana bertepuk tangan seolah memberikan apresiasi yang sangat memuaskan.

"Jangan membuang waktuku dan jangan pernah sekalipun ikut campur jika kau tidak ingin dirimu terciprat air kotor. Maka menjauhlah sejauh mungkin," peringatan Nana tidak main-main.

"Segitu susahnya lo mau maafin Yoga?" Haris menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Jangan memancingku, Haris. Kau tidak tahu apa-apa mengenai hal ini. Kusarankan untuk tidak terlibat sebelum kau melakukan hal yang lebih jauh lagi. Aku tidak segan-segan bermain-main, peringatanku bukan sekadar angin lalu. Kau tidak tahu aku, dan sebaiknya menghindarlah selagi dapat,"

"Gue tau! Kelakuan Yoga emang ga bisa dimaafkan dan dibela. Gue juga ga mendukung tindakan bodoh Yoga yang udah ngambil jalan bodoh itu! Tapi Na—" Haris terhenti seperti tidak mampu melanjutkan apa yang ingin ia katakan.

"Kau tidak pernah tahu Haris. Aku masih dalam tahap sangat menahan diri untuk tidak menghancurkan Yoga berkeping-keping. Aku sangat mampu melakukan hal itu dalam semalam, jika memang aku menginginkan hal itu. Tapi, terlalu monoton kalau menghancurkan mainanku sekarang,"

"Selingkuh emang salah, gue enggak membenarkan itu. Tapi, dimana hati nurani lo, Na? Mana hati nurani lo? Gue harap lo masih punya hati nurani untuk maafin kelakuan Yoga, Na. Gue tau lo orang baik,"

P A N A C E A (O N  G O I N G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang