Perempuan berbaju rumah sakit memandang keluar jendela dengan pandangan kosong, tidak ada gairah kehidupan dalam dirinya. Rambut panjang coklatnya terurai indah, matanya yang senantiasa memakai softlen coklat kini tidak lagi. Warna Emerald terpancar indah dari mata cantik itu.
Anka, dia hanya menghabiskan waktunya berlamun selama berjam-jam. Tidak melakukan interaksi sama sekali, bahkan hanya diam tidak merespon ketika diajak berbicara.
Cklek.
Pintu terbuka menampilkan sosok gadis cantik yang masih memakai seragam sekolah. Gladis Emerald. Gladis menghampiri Anka yang tengah melamun seraya menatap keluar jendela. Berkali-kali Gladis menahan diri untuk tidak menangis.
"Anka.." sapa Gladis seperti biasa mereka bertemu. Anka tidak menoleh sama sekali.
"Dih, parah nih anak gue di kacangin." sungut Gladis.
"Bener-bener lo yee An, gue jauh-jauh dateng lo malah kacangin gue! Seriously?" omel Gladis.
Gotcha!
Anka menoleh dimana Gladis tengah bersedekap dada menahan kekesalan akibat dirinya yang tidak menggubris gadis itu. Anka terdiam cukup lama, lalu tertawa kecil.
"Anjir, dari tadi gue tungguin! Kemana aja lo, hah?" kali ini Gladis benar-benar ingin menangis, air matanya meluncur begitu saja membuat Anka langsung kelabakan.
"Eh, si anjir malah nangis. Kenapa lo, jangan bikin gue takut yaa ogeb!" raut wajah Anka terlihat khawatir.
Gladis mengeraskan tangisnya, Anka gadis itu..astaga.
"Dis, sini lo kenapa? Cerita sama gue." suara lembut Anka kembali membuat Gladis tidak bisa menghentikan tangisnya. Ia berlari menghampiri brankar Anka lalu memeluk gadis itu begitu erat, menumpahkan segala kesedihannya.
"Lo kenapa? Cerita pelan-pelan ke gue." Anka mengelus punggung Gladis yang masih senggugu.
"Lo kalah?" Gladis tetap tidak menggubris pertanyaan Anka.
"Gapapa, gue tau lo udah ngelakuin yang terbaik. Sahabat gue mah bukan cewe lemah, si paling berprestasi se- SMA Ovelist. Gapapa Dis, ga usah sedih lo ga sendirian masih ada gue sama Nana." ucap Anka dengan kalimat penenangnya, masih mengganggap jika Gladis kalah dalam pertandingannya.
Gladis terkekeh, merasa lucu dengan ucapan Anka. Seharusnya dirinya yang menyemangati gadis itu. Tetapi dirinya lah yang mendapat kata-kata mutiara. Gladis mengurai pelukan mereka.
"Ih, lo kalo nangis jelek juga yaa."
"Sialan lo, An!"
"Hahah.." Gladis tertegun, ini pertama kalinya ia melihat Anka tertawa sebebas ini, tentu saja setelah kejadian mengerikan itu. Ia tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri.
"Ketawa lo!"
"Anjir ngakak, komuk lo haha."
Gladis memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Anka yang meledek dirinya. Tapi, dalam hatinya benar-benar bahagia.
"An, perut lo gapapa?" Gladis bertanya hati-hati.
"Perut?" Anka bertanya tidak mengerti, membuat Gladis juga kebingungan dengan gadis itu.
"Lo kan nus--"
Cklek.
"Gla, lo bener-bener yaa kenapa ninggalin gue, sih!" suara cempreng Nana memenuhi ruangan ini.
"Yaa abis nya lo lama dandannya! Gue kan pengen cepet-cepet ketemu, Anka! Jadi, ga salah dong?"
"Mata lo ga salah, kalo mau ninggalin kabari gue, kek. Ini engga malah lo nya terabas, aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
P A N A C E A (O N G O I N G)
Teen FictionBagaimana jika seorang protagonis mendadak berubah menjadi antagonis? Ini sebuah kisah seorang gadis dengan percintaan yang awalnya berjalan mulus. Semua itu menjadi sebuah petaka ketika hubungan mereka menerima kehadiran sosok perempuan tanpa terdu...