25

18 3 1
                                    

"GOLL!" Teriakan itu bergema dari atas tribun ketika Sagi Attavelcorius berhasil mencetak gol ke gawang lawannya.

Tentu saja teriakan bangga itu berasal dari para sahabatnya serta perempuan-perempuan yang sibuk memberikan dirinya semangat. Sagi mengepalkan tangannya dan berteriak "yes", bangga akan shooting nya tepat sasaran.

Sementara diatas tribun sudah riuh rendah dengan berbagai macam reaksi. Ada yang puas dan ada yang kecewa. Tentu saja mereka yang merasa kecewa itu reaksi dari pihak lawan yang sudah kalah telak dengan poin 4 - 2.

Sagi menerima pengghargaan berupa piala dan sertifikat serta sejumlah uang yang memang sudah dijanjikan untuk para pemenang. Ia juga mendapatkan bonus serta predikat "Top score terbaik!".

"Wah gila, permainan lo hebat banget!" Puji Nana yang memang menonton pertandingan futsal temannya itu.

"Bener, congrats bro! Cie, top score ga tuh?"Adit menggoda Sagi yang hanya cengengesan.

"Minimal apa? Minimal traktiran nya lah, tenggorokan gue dah seret gara-gara teriak mulu, nih!" Ucap Yudha dengan tidak tahu malunya.

"Bener- bener ya lo, ga tahu malu banget jadi orang!" Ujar Nana dengan sinisnya.

"Santai, yuk kekantin gue traktir semuanya!" Ajak Sagi.

"Beneran, nih?" Tanya Nana terlihat antusias.

"Yee, sama aja ternyata," cibir Yudha melihat tingkah Nana.

"Lah, kalau dia nya ga keberatan buat traktir gue juga ga masalah, siapa si yang nolak gratisan,"

"Jangan mau traktir dia, Sa. Makannya banyak bisa-bisa bokek lo nya,"

"Heh, yang ada lo yang banyak makannya, mirip kambing!"

"Lo yang mirip kambing!"

"Lo, lah mana ada kambing secantik gue, ogeb!"

"Gue doain lo berdua jodoh," celetuk Sagi tiba-tiba.

"Amiin," ucap Atie dan Adit yang sedari tadi melihat perdebatan unfaedah mereka.

Keduanya menatap mereka dengan horor, bisa-bisanya mereka mendoakan hal yang mengerikan seperti itu. Yudha dan Nana bertemu pandang yang hanya berlaku sedetik saja, karna keduanya dengan kompak membuang muka masing-masing.

"Lo berdua ga mau ikut?" Teriak Adit yang sudah mulai menjauh dari tempat mereka berdua.

"Sialan, jangan ditinggal dong!" Sungut Nana menyusul mereka.

🦖

"Pesan aja sepuas kalian, nanti gue yang  bayar," ucap Sagi ketika mereka sudah sampai dikantin.

Suasana dikantin tidak begitu ramai seperti biasanya. Hal itu memudahkan mereka untuk memesan makanan sebanyak-banyaknya tanpa harus mengantri. "Nikmat mana lagi yang kau dustakan?"

"Biar gue yang pesan sama Nana," ucap Adit menarik lengan Nana dengan paksa, mau tak mau gadis itu harus mengikuti langkah Adit.

Sementara dimeja itu sudah terisi oleh Sagi  yang menghadap Yudha, dan disamping Sagi ada Atie yang tengah berfokus pada rubriknya.

"Sudah dapat info tentang Anka?" Tanya Sagi pada keduanya.

"Belum dapat apa-apa, gue juga lagi berusaha ngumpulin informasi tapi untuk saat ini belum ada hasil yang memuaskan," ucap Yudha, suaranya terdengar sangat frustasi.

Atie melirik keduanya bergantian, seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu-ragu. Hal itu ditangkap oleh Sagi yang memang peka akan sekitar.

P A N A C E A (O N  G O I N G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang